Nahi Munkar Karena Cinta
Oleh: Zaim Khairul Majdi (Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 15 Tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Habib Asadullah bin Alawi Al-Aydrus, dalam salah satu kajiannya di Pandaan Jawa Timur (Kamis, 20/11/25), mengingatkan bahwa salah satu maksiat lisan adalah tidak berani Nahi Munkar (mencegah kemungkaran), atau bahkan sekadar menegur pun sungkan.
“Misalnya, kita lihat orang shalat pakai celana jeans dan kaos pendek,lalu terlihat auratnya. Maka setelah orang itu selesai shalat, kita harus berani menegur dan menyuruh untuk mengulangi shalatnya. Itulah Amar Maruf Nahi Munkar,” tuturnya di majelis ilmu yang juga kami, santri 3 SMP Pesantren At-Taqwa Depok yang sedang belajar 1 bulan di Pandaan, hadiri.
Peringatan itu Habib kutip dari Kitab Sullamut Taufiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Tohir bin Hasyim al-Alawi al-Hadhrami. Kata Habib, sebagaimana amar maruf,nahi munkar juga dilakukan dengan tiga cara: tangan, lisan, hati.
Ada satu hal yang menurutnya harus selalu dipahami oleh orang yang diingatkan dan yang mengingatkan, bahwa motif “nahi munkar” harus atas dasar rasa cinta dan kasih sayang, karena tidak tega melihat saudara seimannya terkubur dalam kemaksiatan yang merugikannya di dunia dan akhirat.
Ilustrasinya seperti antara orang tua dan anak, guru dan murid, suami dan isteri. Dengan motif itu, yang mengingatkan bisa pakai cara-cara bijak dan yang diingatkan bisa menerima dengan lapang dada.
Dengan rasa cinta, meski sudah diingatkan berkali kali namun masih tidak mau, ia tetap berusaha mengingatkan sampai bertaubat. Jika kita masih mencintainya kita harus diingatkan bukan malah dibiarkan.
“Jika kita melihat orang yang kita cintai berbuat munkar, maka kita harus ingatkan, bukan dibiarkan. Jika kita membiarkannya apakah kita mau orang yang kita cintai terus berada dalam kemungkaran? Sedangkan kemungkaran adalah perbuatan yang dapat menjerumuskan kedalam neraka. Maka dari itu kita harus berani Amar Maruf Nahi Munkar, agar kita bisa bersama-sama di surga bersama orang-orang yang kita cintai,” tutur Habib Asadullah
Pembelajaran di Pandaan Jawa Timur merupakan program Rihlah Ilmiah Pesantren At-Taqwa Depok khusus santri kelas 3 SMP. Pembelajarannya terpusat di kediaman Dr. Ahmad Kholili Hasib, Madrasah as-Sunnah. Mereka mulai belajar di sana pada tanggal 26 Oktober kemarin. Masa pembelajarannya satu bulan. Mereka banyak belajar kitab-kitab klasik dan kepada para kyai di sana.