Maksiat Hati dan Tubuh Jauhi, Supaya Jadi Manusia yang Allah Ridhai

Oleh: Ilcira Edgina Zahidah Martin (Santri SMP Pesantren At-Taqwa Depok, 14 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Pada pekan keempat pembelajaran di Pandaan Jawa Timur (terhitung sejak 26 Oktober), kami, santri 3 SMP Pesantren At-Taqwa Depok, melanjutkan pembelajaran kitab Sullamut Taufiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thohir mengenai maksiat hati dan tubuh. 
 
Kitab itu kami pelajari kepada Ustadz Ghazali ketika menjalani program pembelajaran selama 1 bulan yang diadakan oleh Pesantren At-Taqwa. 
 
Di antara contoh maksiat hati, pertama, ragu terhadap Allah. Ini sangat berbahaya. Karena dapat menyebabkan kekafiran. Termasuk juga tidak boleh berburuk sangka kepada-Nya. Maka perlu bagi kita senantiasa mempelajari ibadah-ibadah hati agar iman tetap selamat. 
 
Kedua, merasa aman di dunia. Orang yang merasa aman di dunia akan terlena dengan dunia sehingga tidak aman di akhirat. Manusia tidak boleh yakin bahwa ia akan selamat di akhirat. Imannya harus diperkuat supaya selalu waswas akan penyakit cinta dunia. Ibadah pun dapat terus dilakukan. Lagi pula, Para Sahabat Nabi yang sudah dijamin surga pun tetap beribadah. 
 
Ketiga, riya, ingin dilihat oleh manusia terhadap suatu amalan. Perilaku ini dapat membuat amalan kita tidak bernilai. Contohnya kita shalat tahajud agar dipuji. Oleh karena itu kita harus melakukan segala amalan dengan ikhlas lillahi Taala agar tidak sia-sia. 
 
Keempat, ujub, merasa paling hebat dalam banyak hal yang kemudian membuatnya hasad, benci ketika seseorang mendapatkan nikmat lebih yang membuatnya tampak lebih rendah. Orang yang hasad itu seperti iblis yang selalu merasa paling tinggi. Inilah alasannya dikeluarkan dari surga. Kata Nabi, siapa yang hasad, pahala setiap amalnya pasti hangus.
 
Kelima, meremehkan dosa kecil. Sekecil apa pun dosanya, kita tetap harus beristighfar. Jika kita terus menerus melakukan maksiat kecil, lama kelamaan akan membuahkan dosa besar karena dilakukan terus-menerus. 

 
Maksiat tubuh pun juga harus ditinggalkan. Dikatakan bahwa neraka mempunyai tujuh pintu, dan seseorang tidak akan memasuki tujuh pintu tersebut jika dia menjaga tujuh anggota tubuh: mata, lidah, telinga, perut, kemaluan, tangan dan kaki. 
 
Kita harus menjaga mata kita dari melihat keburukan, seperti melihat orang yang bukan mahram. Menjaga lidah dari mengatakan hal-hal buruk, seperti gibah, mencela, dan semacamnya. 
 
Menjaga telinga dari mendengarkan yang buruk, seperti penggibah. Orang yang mendengarkan gibah itu lebih buruk daripada yang gibah. Mengapa? Karena merekalah yang membuat penggibah terus menerus berbicara. Mereka mendengarkan dan mentoleransinya. 
 
Juga harus menjaga perut dari “kekenyangan” dan makanan yang haram. Kenyang dari yang halal itu awal dari segala keburukan. Kenyang itu dapat membuat seseorang lalai dan mengeraskan hatinya. Jadi apalagi yang haram. Makanan yang haram bukan hanya yang secara zat, tapi juga secara hukum. Seperti hasil pencurian, ghashab, dan yang semacamnya. 
 
Kemaluan harus dijaga dari zina. Kedua tangan dan kaki dijaga dari menyakiti sesama manusia dan berjalan ke tempat-tempat maksiat atau yang berpotensi mengundang maksiat, termasuk pergi ke tempat penguasa yang zalim, kecuali niatnya baik seperti berdakwah.
 
Pembelajaran di Pandaan Jawa Timur merupakan program Rihlah Ilmiah Pesantren At-Taqwa Depok khusus santri kelas 3 SMP. Pembelajarannya terpusat di kediaman Dr. Ahmad Kholili Hasib, Madrasah as-Sunnah. Mereka mulai belajar di sana pada tanggal 26 Oktober kemarin. Masa pembelajarannya 1 bulan. Mereka banyak belajar kitab-kitab klasik dan kepada para kyai di sana.

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086