Makalah Santri Seputar Al-Quran, Sejarah dan Psikologi Dipresentasikan di Pesantren PERSIS Bogor
Oleh: Alif Rahman Affan (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Kontingen kelima presentasi makalah santri PRISTAC 2 (Setingkat 1 SMA) berangkat menuju Pesantren Persatuan Islam (PERSIS) Bogor pada Ahad (04/5). Para santri disambut di ruangan perpustakaan oleh ustadz Rasyid Siregar, perwakilan guru pesantren PERSIS.
Tiga santri yang bertugas untuk presentasi ialah Alya Kayyisah Mazaya (17 tahun) dengan makalah seputar tafsir ilmi, kemudian Shofia Syakira (16 tahun) seputar perang Aceh dan Belinda Bilqis Ziraili (15 tahun) dengan topik seputar isu baby blues. Acara berlangsung di mushalla pesantren dibuka oleh MC.
Alya menulis makalah dengan judul “Tafsir Ilmi dalam Timbangan Ulama Kontemporer Satu Tinjauan yang Adil.” Alya menyimpulkan bahwa boleh menafsirkan ayat al-Quran dengan pendekatan ilmu kontemporer dengan syarat harus mengikuti batasan-batasan tertentu agar tidak melampaui nash al-Quran
“Al-Quran memang bukan buku sains, tapi ayat-ayat al-Quran sebagaimana banyak penelitian Barat, tidak bertentangan dengan fenomena alam raya. Maka aktifitas tafsir ilmi tidak lain untuk menunjukkan keagungan Allah, dan memperoleh gambaran ril dari apa yang dipesankan Allah dalam al-Quran,” ujar Alya
Presenter kedua ialah Shofia Syakira, dengan judul makalah “Peran Hikayat Perang Sabil dalam Pendidikan Jihad dimasa Perang Aceh.” Putri asal Depok tersebut membahas mengenai peranan Hikayat perang sabil terhadap jihad perang Aceh dalam mendidik dan memotivasi rakyat untuk ikut berperang.
“Perang bukan sebatas adu pedang dan berebut wilayah semata. Lebih dari itu, ulama berusaha menanamkan makna sejati dari jihad. Itulah mengapa perang ini terasa begitu sakral bagi orang-orang Aceh dari dulu hingga kini. Hal ini kemudian diwujudkan dalam bentuk karya-karya sastra keagamaan seperti hikayat, hingga memotivasi rakyat Aceh untuk berperang!” jelas Shofia
Presenter terakhir ialah Belinda Bilqis Ziraili dengan judul makalah “Problematika Baby Blues dalam Tinajuan Islam.” Dalam makalah belasan halaman itu ia memaparkan beberapa kasus baby blues juga cara pandang Islam melihat fenomena melahirkan dari aspek fitrah yang diberikan Allah.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Tidak hanya para santri, ustadz Rasyid Siregar pun ikut bertanya kepada tiga presenter tersebut untuk menutup sesi tanya-jawab. Acara ditutup dengan serah terima kenang-kenangan dan sholat Ashar bersama. Ustadz Rasyid berpesan untuk terus menjalin tali silaturahmi antar kita dan jangan sampai terputus.
Tiga santri yang bertugas untuk presentasi ialah Alya Kayyisah Mazaya (17 tahun) dengan makalah seputar tafsir ilmi, kemudian Shofia Syakira (16 tahun) seputar perang Aceh dan Belinda Bilqis Ziraili (15 tahun) dengan topik seputar isu baby blues. Acara berlangsung di mushalla pesantren dibuka oleh MC.
Alya menulis makalah dengan judul “Tafsir Ilmi dalam Timbangan Ulama Kontemporer Satu Tinjauan yang Adil.” Alya menyimpulkan bahwa boleh menafsirkan ayat al-Quran dengan pendekatan ilmu kontemporer dengan syarat harus mengikuti batasan-batasan tertentu agar tidak melampaui nash al-Quran
“Al-Quran memang bukan buku sains, tapi ayat-ayat al-Quran sebagaimana banyak penelitian Barat, tidak bertentangan dengan fenomena alam raya. Maka aktifitas tafsir ilmi tidak lain untuk menunjukkan keagungan Allah, dan memperoleh gambaran ril dari apa yang dipesankan Allah dalam al-Quran,” ujar Alya
Presenter kedua ialah Shofia Syakira, dengan judul makalah “Peran Hikayat Perang Sabil dalam Pendidikan Jihad dimasa Perang Aceh.” Putri asal Depok tersebut membahas mengenai peranan Hikayat perang sabil terhadap jihad perang Aceh dalam mendidik dan memotivasi rakyat untuk ikut berperang.
“Perang bukan sebatas adu pedang dan berebut wilayah semata. Lebih dari itu, ulama berusaha menanamkan makna sejati dari jihad. Itulah mengapa perang ini terasa begitu sakral bagi orang-orang Aceh dari dulu hingga kini. Hal ini kemudian diwujudkan dalam bentuk karya-karya sastra keagamaan seperti hikayat, hingga memotivasi rakyat Aceh untuk berperang!” jelas Shofia
Presenter terakhir ialah Belinda Bilqis Ziraili dengan judul makalah “Problematika Baby Blues dalam Tinajuan Islam.” Dalam makalah belasan halaman itu ia memaparkan beberapa kasus baby blues juga cara pandang Islam melihat fenomena melahirkan dari aspek fitrah yang diberikan Allah.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Tidak hanya para santri, ustadz Rasyid Siregar pun ikut bertanya kepada tiga presenter tersebut untuk menutup sesi tanya-jawab. Acara ditutup dengan serah terima kenang-kenangan dan sholat Ashar bersama. Ustadz Rasyid berpesan untuk terus menjalin tali silaturahmi antar kita dan jangan sampai terputus.