Macam-Macam Keshalihan

Pimpinan Sekolah Dinamika Umat, Bogor, Dr. Hasan Bashri Tanjung, pada Ahad (17/3/24) pukul 09.00 pagi, berkesempatan mengisi kajian Ramadhan di Pesantren At-Taqwa Depok. Materinya bertemakan “Shaum dan Keshalihan Sosial”.
Ustadz Hasan menjelaskan bahwa shalih berarti baik. Ia perwujudan dari keimanan yang terletak dalam hati dan tampak pada sikap seorang muslim. “Keshalihan harus tampak pada perilaku atau amal sehari-hari,” tuturnya.
Ia kemudian menjelaskan lima macam keshalihan. Di antara kelimanya, ada tiga yang penting untuk diketahui bersama.
Pertama, Keshalihan Simbolik. Keshalihan ini, kata Ustadz Hasan, hanya sebatas simbol atau atribut. Ia mencakup nama, gelar, model pakaian dan tanda fisik yang melekat pada diri seorang sebagai identitas keislaman.
“Karena sebatas simbol, Keshalihan simbolik cenderung menipu. Belum tentu seorang yang memilikinya akan baik amalnya. Sebaliknya, yang tidak memilikinya, bisa jadi baik amalnya,” jelas Dosen Universitas Ibnu Khaldun Bogor itu.
Kedua, Keshalihan Ritual. Maksudnya adalah ketika seseorang bersikap taat atas segala perintah Allah dan menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah. “Apabila seorang muslim telah mencapai kehalihan ini, ia tidak akan terbatas oleh tempat dalam melaksanakan ibadah,” pungkasnya.
Sementara yang ketiga adalah Keshalihan Sosial. Keshalihan ini adalah interaksi yang baik dengan orang lain dan menebar manfaat bagi sesama insan dan makhluk lainnya. Menurutnya, keshalihan ini harus dioptimalkan di bulan Ramadhan kali ini.
“Jangan sampai kualitas puasa kita di bulan Ramadhan berkurang karena kita tidak menjaga keshalihan sosial, (yakni) tidak baik dan bermanfaat bagi orang lain,” tegas kawan karib Mudir Pesantren At-Taqwa Depok Dr. Muhammad Ardiansyah itu.
Selain memberi materi, Dr. Hasan juga mempersembahkan tontonan kepada para santri tentang indahnya berbagi dan pentingnya memuliakan ibu. Para santri dibuat antusias, sedih, dan terharu menontonnya.
Pembawaan materi yang semangat, lalu dipadukan oleh cerita yang menarik, lucu namun kaya hikmah, membuat para santri yang menyimak, mudah memahami apa yang disampaikan. mereka benar-benar tampak semangat untuk mendengarkan dan mencatat.
Menurut Ustadz Ikhsan, selaku moderator acara, penyampaian materi kali ini bagaikan roller coster. Para santri menerima ilmu dengan kondisi berbeda-beda. Terkadang naik dengan cerita yang lucu, lalu turun dengan kisah yang harus direnungkan.
Seminar ini spesial dibuat pada bulan Ramadhan. Penyelenggaranya adalah panitia Program Dakwah Lapangan (PDL), yakni santri PRISTAC II (Setara SMA, usia 16-17 tahun). PDL adalah program khusus Pesantren At-Taqwa setiap bulan Ramadhan dalam rangka mendidik adab-adab santri khususnya kepemimpinan, tanggung jawab, kerja sama, dan kedisiplinan.
Program PDL sudah dimulai sejak Senin (11/3/24) dan akan berakhir pada Ahad, 31 Maret. Selama 20 hari, sekitar 40 santri itu akan mengatur jalannya kegiatan Ramadhan di At-Taqwa, mulai dari sahur sampai tidur malam. (Editor: Fatih Madini)