Kaji Soal Kepribadian Guru, Santriwati Pristac: Guru Kunci Sukses Pendidikan

Oleh: Farros Halim (Santri At-Taqwa College - Setingkat Pesantren Tinggi - Pesantren At-Taqwa Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Pada hari keempat (14/3/24) Praktek Dakwah Lapangan (PDL), ada satu kegiatan menarik, yakni presentasi makalah panitia PDL, santri PRISTAC II (setingkat SMA). Mereka memaparkan makalah yang telah ditulis selama beberapa bulan di hadapan para guru dan santri.

Presentasi tersebut dilaksankan serentak di tiga tempat berbeda, pada pukul 08.00-10.30 WIB. Isu-isu seputar Islamic Worldview, Tantangan Pemikiran Kontemporer, pendidikan, sampai sejarah, dikaji dan dikupas panjang lebar oleh para santri kisaran 16-17 tahun itu.

Di antara banyaknya judul yang dipaparkan, terdapat satu judul yang menarik seputar guru, yakni "Konsep Kepribadian Guru Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat: Relevansinya Hari Ini" karya Furaiqa Az-Zahra.

Furaiqa atau yang biasa disapa Aiqa, menjelaskan bahwa guru adalah sosok terpenting dalam pendidikan. Guru bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga pendidik yang menanamkan adab pada muridnya. Karena itu kepribadian guru penting untuk dikaji.

“... Guru lebih penting dari pada metode; dan jiwa guru lebih penting dari guru,” ucapnya, mengutip sebuah pepatah Arab.

Ditambah lagi, muncul banyak kasus seputar guru yang berkepribadian tidak semestinya. Muncul kabar guru yang menghardik muridnya dengan hal yang tak pantas, korupsi, hingga memperkosa muridnya sendiri.

“Hal tersebut dapat terjadi salah satunya disebabkan terdapat masalah dalam kepribadian guru tersebut,” jelasnya.

Maka, merujuk salah satu pakar pendidikan, Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Aiqa mau menjelaskan apa saja kepribadian yang wajib dimiliki seorang guru agar sukses mendidik murid-muridnya. Ia menegaskan bahwa seorang guru harus jadi pribadi yang bertaqwa kepada Alla SWT.

“Dengan Taqwa kepada Allah itu-lah seorang guru dapat terhindar dari hal-hal buruk, dan memiliki benteng diri. Sebab dirinya selalu merasa diawasi oleh Allah kapan pun dan di mana pun,” jelasnya.

Karena taqwa, seorang guru akan mengajar serta mendidik dengan ikhlas dan tidak cinta dunia. Bukannya tidak boleh menerima materi, hanya saja jangan sampai itu dijadikan tujuan utama dalam mengajar, apalagi sampai tergila-gila dengannya.

Aiqa melanjutkan, selain taqwa, kata Prof. Zakiyah Daradjat, seorang guru harus senantiasa meningkatkan kualitas diri, pengetahuan dan keterampilan dalam belajar. Jangan karena telah memiliki ilmu yang memadai, sudah menjadi guru, kemudian berhenti belajar dan merasa cukup.

“Setiap zaman dan murid itu memiliki tantangannya tersendiri. Maka para guru harus kembali menerenungi dan mengamalkan Hadits ‘Tuntut-lah ilmu dari buaian hingga liang lahat’,” tuturnya.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah guru harus menjadi contoh yang baik bagi murid. Apa yang diajarkan dan dilakukannya, akan dilihat serta ditiru murid. Sampai ada pepatah, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.”

“Oleh karenanya, sebagai sosok yang digugu dan ditiru, konsep kepribadian seorang guru begitu penting untuk dikaji dan dipahami,” simpul Furaiqa.

Salah satu guru At-Taqwa, Ustadz Nur Yaqin Iman, mengatakan bahwa ia mengamini tentang pentingnya pembahasan Aiqa. Ia merasakan banyaknya masalah guru saat ini, terutama soal hedonisme, di mana guru mengejar harta untuk berpenampilan kaya dan mewah. Mereka lupa bahwa tujuan utama mereka ialah mengajar dan mendidik, bukan mengejar harta dan tahta.

“Semoga kajian Furaiqa ini dapat menjadi satu langkah untuk membenahi masalah pelik di dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam,” ungkap Ustadz Iman. (Editor: Fatih Madini)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086