Jelaskan Kegagalan Komunisme dan Keidealan Islam Menjawab Problematika Sosial di Masjid Salman ITB
Oleh: Tim Humas Pesantren At-Taqwa Depok
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Senin, (19/5) yang lalu salah seorang santri PRISTAC (setingkat SMA) mempresentasikan hasil makalahnya di hadapan 150 guru dan aktivis pendidikan dari berbagai lembaga pendidikan di Jawa Barat. Farras Zahy Putra Satriawan, 16 tahun, memaparkan hasil risetnya mengenai sepak terjang komunisme dan Islam dalam menjawab tantangan dan problematika sosial dalam konteks keindonesiaan.
Makalahnya ia beri judul “Merespons Komunisme: Konsep Keadilan Sosial dalam Pandangan Nasionalis Muslim Indonesia”. Dengan bahasa yang mudah dipahami, Farras menjelaskan mengenai ajaran Islam yang jauh lebih baik dalam mewujudkan keadilan sosial ketimbang Komunisme.
“Wacana industrialisasi hari ini yang seringkali bersifat eksploitatif perlu direspons, dimulai dengan pengkajian dan pengkomparasian antara ideologi-ideologi yang juga merespons hal ini. Yang dalam hal ini adalah Islam dan komunisme,” jelas Farras ketika ditanya perihal apa yang melatar-belakangi penulisan dan pengkajian yang ia lakukan.
Mengenai hubungan antara kedua ideologi besar ini, Farras juga memaparkan kegagalan komunisme dalam menjawab problematika sosial, “…komunisme yang menawarkan sosialisme sebagai solusi malah menjadi sebab munculnya masalah lain. Selain agama dan Tuhan yang akan tersingkir, sistem sosialis menyebabkan kemunduran ekonomi suatu negara. Orang-orang akan menjadi malas, dan berpikir, untuk apa bekerja keras jika apa yang mereka dapatkan sama dengan mereka yang menjadi pengangguran?” paparnya mengenai sistem sosialisme.
“Kita mengkaji mengenai gagasan para tokoh nasionalis Muslim Indonesia mengenai keadilan sosial. Karena hal ini berkaitan langsung dengan dua aspek penting bagi kita, yaitu keislaman dan keindonesiaan.” Lanjut Farras.
Dalam kesimpulan akhir dari hasil risetnya ini, Farras menyimpulkan bahwa Islam telah menawarkan konsep keadilan sosial yang paling ideal. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari Islam itu sendiri sebagai agama yang didasari wahyu ilahi.
Paparan hasil pengkajian Farras ini mendapat atensi yang besar dari para audiens. “Meskipun pengkajian yang dilakukannya masih bisa diperdalam, namun pengkajian yang dibahas sudah cukup membuka kesadaran kita mengenai tugas seorang muslim tidak hanya berkaitan dengan aspek ukhrawi, namun juga duniawi,” komentar seorang audiens.
Makalah Farras telah dipaparkan di hadapan sekitar 700 santri Pesantren Nurul Azhar pada Jumat (18/4/2025) dan membuat kesan para santri dan guru di sana.
Makalahnya ia beri judul “Merespons Komunisme: Konsep Keadilan Sosial dalam Pandangan Nasionalis Muslim Indonesia”. Dengan bahasa yang mudah dipahami, Farras menjelaskan mengenai ajaran Islam yang jauh lebih baik dalam mewujudkan keadilan sosial ketimbang Komunisme.
“Wacana industrialisasi hari ini yang seringkali bersifat eksploitatif perlu direspons, dimulai dengan pengkajian dan pengkomparasian antara ideologi-ideologi yang juga merespons hal ini. Yang dalam hal ini adalah Islam dan komunisme,” jelas Farras ketika ditanya perihal apa yang melatar-belakangi penulisan dan pengkajian yang ia lakukan.
Mengenai hubungan antara kedua ideologi besar ini, Farras juga memaparkan kegagalan komunisme dalam menjawab problematika sosial, “…komunisme yang menawarkan sosialisme sebagai solusi malah menjadi sebab munculnya masalah lain. Selain agama dan Tuhan yang akan tersingkir, sistem sosialis menyebabkan kemunduran ekonomi suatu negara. Orang-orang akan menjadi malas, dan berpikir, untuk apa bekerja keras jika apa yang mereka dapatkan sama dengan mereka yang menjadi pengangguran?” paparnya mengenai sistem sosialisme.
“Kita mengkaji mengenai gagasan para tokoh nasionalis Muslim Indonesia mengenai keadilan sosial. Karena hal ini berkaitan langsung dengan dua aspek penting bagi kita, yaitu keislaman dan keindonesiaan.” Lanjut Farras.
Dalam kesimpulan akhir dari hasil risetnya ini, Farras menyimpulkan bahwa Islam telah menawarkan konsep keadilan sosial yang paling ideal. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari Islam itu sendiri sebagai agama yang didasari wahyu ilahi.
Paparan hasil pengkajian Farras ini mendapat atensi yang besar dari para audiens. “Meskipun pengkajian yang dilakukannya masih bisa diperdalam, namun pengkajian yang dibahas sudah cukup membuka kesadaran kita mengenai tugas seorang muslim tidak hanya berkaitan dengan aspek ukhrawi, namun juga duniawi,” komentar seorang audiens.
Makalah Farras telah dipaparkan di hadapan sekitar 700 santri Pesantren Nurul Azhar pada Jumat (18/4/2025) dan membuat kesan para santri dan guru di sana.