Isi Liburan, Santri-santri At-Taqwa Hadiri Kajian Seputar Tantangan Al-Quran

Oleh: Khalidah Abdullah (Santri At-Taqwa College, 17 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Di tengah liburannya, sejumlah santri At-Taqwa menghadiri INSISTS Saturday Forum (INSAF) pekan ke-21 pada Sabtu (6/7/2024). INSAF kali ini diisi oleh Muhammad Nuruddin, kandidat Doktor Akidah Filsafat Universitas Al-Azhar dengan tema “Al-Qur’an: Kalam Ilahi atau Kalam Nabi? Mengulas Pandangan Teolog, Membantah Pikiran Orientalis”.

Menariknya, acara itu dibuka dengan pengantar seorang guru besar pemikiran dan peradaban Islam juga Barat, Prof. Wan Mohd Noor Wan Daud. Murid Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas itu juga telah lama “bergulat” dalam membantah pandangan yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Nabi Muhammad.

Ustadz Nuruddin, dalam pemaparannya, menuturkan berbagai kritik terhadap pandangan itu secara padat, lengkap dan logis. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah Kalam Ilahi (Tuhan), yang lafaz dan maknanya dari Allah. Rasulullah hanyalah sebagai penyampai apa yang diwahyukan kepada beliau.

“Seorang penyampai pesan membawakan satu pesan, bukan berarti pesan yang ia bawakan bermakna miliknya, atau keinginannya. Ia hanya menyampaikan sesuai dengan keinginan dan makna pemilik pesan. Maka, Rasulullah menyampaikan Al-Qur’an dengan makna yang diberikan oleh Allah dan diajarkan lewat perantara Jibril menggunakan bahasa Arab,” jelasnya.

“Jika kita sesuaikan dengan kaidah pemilik makna kalimat dan penyampai, maka Al-Qur’an bukanlah Kalam Nabi,” tegas Ustadz Nuruddin.

Untuk memperkuat pandangannya, alumni Al-Azhar Kairo itu menyampaikan tiga hal penting. Pertama, menukil perkataan-perkataan ulama yang otoritatif secara utuh. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya seorang pakar yang mengutip pendapat ulama untuk mendukung pandangan bahwa Qur’an kalam Nabi namun menurut Ustadz Nuruddin, perkataan itu telah dimanipulasi.

Kedua, menjelaskan makna “kalam” secara lebih mendalam. Menurutnya, “Terkadang dari awal kita tidak menyesuaikan makna satu kata yang ingin didiskusikan. Faktor inilah yang membuat debat kusir banyak terjadi sehingga tidak ideal dan mesti dibatalkan.”

Ketiga, menjelaskan kaidah-kaidah logika terkait topik yang dimaksud. Ustadz Nuruddin mengatakan bahwa ilmu logika adalah dasar atau ilmu yang paling penting sebagai pemecahan masalah. Ia akan sangat menunjang berbagai dalil naqli, baik ayat Qur’an maupun Hadits.

Musuh Islam akan selalu berusaha untuk menekukkan lutut kaum muslimin. Penting bagi umat Islam untuk menguatkan keimanan dan memperdalam agamanya sendiri serta pemikiran-pemikiran “nyeleneh” para orientalis, khususnya yang menyerang Al-Qur’an dengan menyebutnya kitab budaya yang tidak lagi suci dan otentik.

Jika hal ini dibiarkan saja, mereka akan melakukan serangan secara lebih terbuka, masif dan leluasa dengan mengotak-atik segala hukum mutlak di dalamnya. Berbagai syariat yang telah baku bisa dengan mudah dijungkirbalikkan. Apa yang haram bisa jadi halal. Yang pada awalnya layak bahkan disunnahkan, bisa dipandang buruk bahkan menjijikkan. Na’udzubillah min dzalik.

Pesantren At-Taqwa Depok dikenal sebagai Pesantren pemikiran dan peradaban Islam. Para santrinya dilatih dengan adab dan budaya literasi yang tinggi, sehingga mereka memiliki kemampuan dalam menulis dan mempresentasikan makalah mereka. (Lihat: attaqwa.id).

(*)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086