Guru-Guru Pesantren Maghfirah Bogor Adakan Workshop Menulis Bersama Dr Adian Husaini
Oleh: Bana Fatahillah (Direktur SMP Pesantren At-Taqwa Depok)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Sebagai pembuka, Pengasuh Pesantren At-Taqwa Depok Dr. Adian Husaini menekankan urgensi menulis khususnya di era disrupsi ini.
“Dalam istilah Imam Zarnuji, menulis merupakan ilmul hal yang wajib dikuasai oleh seorang muslim sebagai alat dakwah, khususnya di era ini,” ujar Dr. Adian dalam pembukaan Workshop pada Ahad, (29/12/2024), di Pesantren At-Taqwa Depok.
Ulama mengibaratkan Ilmu fardhu ain seperti makanan inti, sedang ilmu Fardhu kifayah seperti obat atau suplemen. Nah, ironinya, hari ini banyak yang menganggap menulis itu seperti suplemen saja. Bahkan beberapa kampus banyak yang dosennya tidak menulis. Begitu ujarnya.
Menurut Ketum DDII tersebut, menulis ialah mengkronstruksi ide. Di tengah derasnya informasi yang ada, seseorang harus menyusun pemikirannya lewat tulisan. Namun menulis perlu dilatih dan dibimbing. “Ketrampilan menulis bukan didapat secara instan, seperti spiderman yang disengat langsung hebat,” pungkas Dr. Adian
Workshop dilanjutkan dengan membedah satu per satu artikel pendek karya peserta. Di tengah penyampaian, Penulis buku Wajah Peradaban Barat itu memberi trik jitu agar tulisan menarik untuk dibaca. Di antaranya ialah meletakkan poin penting di judul, kemudian uraikan di alinea pertama.
“Nah, agar tulisan menarik, maka cari yang magnitude atau pengaruhnya besar. Itulah mengapa wartawan Depok lebih memilih menulis pemilu Amerika dibanding pergantian Camat di kota Depok. Selain itu, kalau bisa harus ada unsur unik atau menyangkut tokoh besar. Anjing menggigit orang biasa. Tapi kalau yang digigit ketua partai, maka akan menarik. terkait pemikiran Islam, rujuk atau kritik pemikiran tokoh-tokoh besar, jangan yang eceran!” tegas Dr. Adian
Menurutnya, kenapa harus menarik, sebab tulisan dibuat untuk dibaca orang. “Maka tulisan harus mudah difahami. Baca sekali langsung faham dan sampai. Kita mengasumsikan, orang waktunya sangat terbatas. Belum tentu pembaca akan baca semuanya,” pungkasnya di akhir sesi.
Acara berlangsung selama 2 sesi, sejak pagi hingga sore. Para guru sangat antusias dengan materi yang diberikan. Mereka berharap ada follow up dari agenda ini, dan bisa mengamalkan ilmu kepenulisan ini kepada santri-santrinya juga.
“Dalam istilah Imam Zarnuji, menulis merupakan ilmul hal yang wajib dikuasai oleh seorang muslim sebagai alat dakwah, khususnya di era ini,” ujar Dr. Adian dalam pembukaan Workshop pada Ahad, (29/12/2024), di Pesantren At-Taqwa Depok.
Ulama mengibaratkan Ilmu fardhu ain seperti makanan inti, sedang ilmu Fardhu kifayah seperti obat atau suplemen. Nah, ironinya, hari ini banyak yang menganggap menulis itu seperti suplemen saja. Bahkan beberapa kampus banyak yang dosennya tidak menulis. Begitu ujarnya.
Menurut Ketum DDII tersebut, menulis ialah mengkronstruksi ide. Di tengah derasnya informasi yang ada, seseorang harus menyusun pemikirannya lewat tulisan. Namun menulis perlu dilatih dan dibimbing. “Ketrampilan menulis bukan didapat secara instan, seperti spiderman yang disengat langsung hebat,” pungkas Dr. Adian
Workshop dilanjutkan dengan membedah satu per satu artikel pendek karya peserta. Di tengah penyampaian, Penulis buku Wajah Peradaban Barat itu memberi trik jitu agar tulisan menarik untuk dibaca. Di antaranya ialah meletakkan poin penting di judul, kemudian uraikan di alinea pertama.
“Nah, agar tulisan menarik, maka cari yang magnitude atau pengaruhnya besar. Itulah mengapa wartawan Depok lebih memilih menulis pemilu Amerika dibanding pergantian Camat di kota Depok. Selain itu, kalau bisa harus ada unsur unik atau menyangkut tokoh besar. Anjing menggigit orang biasa. Tapi kalau yang digigit ketua partai, maka akan menarik. terkait pemikiran Islam, rujuk atau kritik pemikiran tokoh-tokoh besar, jangan yang eceran!” tegas Dr. Adian
Menurutnya, kenapa harus menarik, sebab tulisan dibuat untuk dibaca orang. “Maka tulisan harus mudah difahami. Baca sekali langsung faham dan sampai. Kita mengasumsikan, orang waktunya sangat terbatas. Belum tentu pembaca akan baca semuanya,” pungkasnya di akhir sesi.
Acara berlangsung selama 2 sesi, sejak pagi hingga sore. Para guru sangat antusias dengan materi yang diberikan. Mereka berharap ada follow up dari agenda ini, dan bisa mengamalkan ilmu kepenulisan ini kepada santri-santrinya juga.