Dua Makalah Santri At-Taqwa Seputar M. Natsir Dipresentasikan di DDII
Oleh: Rifqi Muhammad Abyan (Santri Pesantren At-Taqwa, 17 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Rabu (30/4/2025) kemarin, tiga santri PRISTAC (Pesantren for The Study of Islamic Thought and Civilization, setingkat SMA) menyajikan karya ilmiahnya di hadapan siswa SMA Dewan Dakwah Islamiyyah (DDII) Bekasi. Dua di antara mereka menulis seputar M. Natsir, tokoh nasional yang mendirikan DDII.
Dr. Suidat, Sekretaris Pesantren At-Taqwa yang bertugas membimbing santri pagi itu, memperkenalkan At-Taqwa sebagai Pesantren adab dan pemikiran Islam. Ia berterima kasih kepada Ustadz Heru selaku Kepala Sekolah SMA DDII atas penyelenggaraan acara presentasi ini.
“Para santri yang ada di depan Kalian ini kami minta untuk menulis, mengamati hingga mempresentasikan, yang mana ini semua sebagai bentuk tanggung jawab atas ilmu yang mereka peroleh, semoga bisa menjadi pembelajaran untuk semua,” ujar Dr. Suidat.
Presenter pertama ialah Muhammad Azka Hafizhi (15 tahun). Inilah santri pertama yang mengulas tentang Pak Natsir. Sososk yang akrab dipanggil Muaz itu menulis makalahnya dengan judul, “Nasionalisme dalam Perspektif Islam; Studi Pemikiran M. Natsir.”
Presentasi dilanjutkan dengan Abdullah Aufa Ariq (18 tahun) dengan judul makalah “Konsep Fiqhud Da’wah M. Natsir dan Relevansinya Hari Ini.” Ariq menyampaikan bahwa konsep fiqhud dakwah M. Natsir menawarkan solusi dari tantangan zaman umat Islam hari ini, yaitu globalisasi.
“Seorang da’i harus mengerti tantangan zamannya. Di sinilah kita lihat peran pak Natsir dalam fiqhud da’wahnya. Ia menulis bahwa ada hal-hal yang harus dikuasai para juru da’wah, yaitu pembinaan mental, persiapan Ilmiah dan pengetahuan tentang wilayah da’wah,” tegas santri asal Lampung tersebut.
Jundi Haroky (16 tahun) menjadi penutup presentasi dengan makalahnya yang berjudul, “Peran Rasulullah dalam Kepemimpinan.” Makalah Jundi sangat reflektif. Menurutnya hari ini bangsa kita mengalami krisis kepemimpinan.
“Salah satu sebab krisis ini ialah karena hilangnya teladan sehingga bingung siapa yang harus diteladani. Nah sebagai seorang muslim sudah tentu Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat tepat untuk dijadikan teladan dalam kepemimpinan, karena dalam diri beliau terdapat sifat-sifat yang baik lagi teladan. Itulah mengapa Allah meminta umat-Nya untuk meneladni beliau!” tegas Jundi
Murid-murid dari SMA DDII terlihat sangat antusias. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan di akhir sesi. Muadz mendapat cukup banyak pertanyaan dan ia mampu menjawabnya dengan baik.
Santri-santri PRISTAC atau santri At-Taqwa secara umum, dibekali dengan keterampilan jurnalistik, mata pelajaran worldview Islam juga serba-serbi dakwah. Harapannya mereka bisa terjun ke masyarakat melalui lisan dan tulisan, membangun kerangka berfikir dengan baik dan tentunya tidak keluar dari pandangan Islam.
Dr. Suidat, Sekretaris Pesantren At-Taqwa yang bertugas membimbing santri pagi itu, memperkenalkan At-Taqwa sebagai Pesantren adab dan pemikiran Islam. Ia berterima kasih kepada Ustadz Heru selaku Kepala Sekolah SMA DDII atas penyelenggaraan acara presentasi ini.
“Para santri yang ada di depan Kalian ini kami minta untuk menulis, mengamati hingga mempresentasikan, yang mana ini semua sebagai bentuk tanggung jawab atas ilmu yang mereka peroleh, semoga bisa menjadi pembelajaran untuk semua,” ujar Dr. Suidat.
Presenter pertama ialah Muhammad Azka Hafizhi (15 tahun). Inilah santri pertama yang mengulas tentang Pak Natsir. Sososk yang akrab dipanggil Muaz itu menulis makalahnya dengan judul, “Nasionalisme dalam Perspektif Islam; Studi Pemikiran M. Natsir.”
Presentasi dilanjutkan dengan Abdullah Aufa Ariq (18 tahun) dengan judul makalah “Konsep Fiqhud Da’wah M. Natsir dan Relevansinya Hari Ini.” Ariq menyampaikan bahwa konsep fiqhud dakwah M. Natsir menawarkan solusi dari tantangan zaman umat Islam hari ini, yaitu globalisasi.
“Seorang da’i harus mengerti tantangan zamannya. Di sinilah kita lihat peran pak Natsir dalam fiqhud da’wahnya. Ia menulis bahwa ada hal-hal yang harus dikuasai para juru da’wah, yaitu pembinaan mental, persiapan Ilmiah dan pengetahuan tentang wilayah da’wah,” tegas santri asal Lampung tersebut.
Jundi Haroky (16 tahun) menjadi penutup presentasi dengan makalahnya yang berjudul, “Peran Rasulullah dalam Kepemimpinan.” Makalah Jundi sangat reflektif. Menurutnya hari ini bangsa kita mengalami krisis kepemimpinan.
“Salah satu sebab krisis ini ialah karena hilangnya teladan sehingga bingung siapa yang harus diteladani. Nah sebagai seorang muslim sudah tentu Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat tepat untuk dijadikan teladan dalam kepemimpinan, karena dalam diri beliau terdapat sifat-sifat yang baik lagi teladan. Itulah mengapa Allah meminta umat-Nya untuk meneladni beliau!” tegas Jundi
Murid-murid dari SMA DDII terlihat sangat antusias. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan di akhir sesi. Muadz mendapat cukup banyak pertanyaan dan ia mampu menjawabnya dengan baik.
Santri-santri PRISTAC atau santri At-Taqwa secara umum, dibekali dengan keterampilan jurnalistik, mata pelajaran worldview Islam juga serba-serbi dakwah. Harapannya mereka bisa terjun ke masyarakat melalui lisan dan tulisan, membangun kerangka berfikir dengan baik dan tentunya tidak keluar dari pandangan Islam.