Di Samirono Santri Pristac Memahami Urgensi Dakwah Lapangan

Hari ini, Selasa (27/11/23) adalah hari ketiga Rihlah Sejarah santri PRISTAC. Tujuan hari ini adalah mengunjungi TK Persis di Lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Desa Samirono. Di sana para santri melihat geliat dakwah Islam di sebuah lereng gunung. Dalam kunjungan hari ini, kami dipandu oleh pemerhati dakwah lapangan, yakni Ustadz Arif Wibowo.
Acara silaturrahim ini dimulai dengan sambutan dari pengurus Persis, perwakilan desa serta Ustadz Arif sendiri. Lantas acara dilanjutkan dengan cerita dari Bu Widi, sosok yang sudah berpengalaman dalam dakwah lapangan di lereng-lereng pegunungan.
Bu Widi menceritakan salah satu kisah yang paling berat. Kala itu, ada pak lurah di dusun Kenalan yang mengidap sakit berat. Pengobatan yang perlu dilakukan membutuhkan biaya yang besar. Di sini lah muncul misionaris yang ingin membantu. Mereka mengatakan ingin membantu tetapi dengan syarat, Pak Lurah beserta keluarganya serta warga kampungnya harus memeluk agama Kristen.
Pak Lurah pun menyetujuinya. Setelah sembuh, Pak Lurah menepati janjinya. Ia memeluk agama Kristen dan mengajak seluruh warga Desa Kenalan untuk memeluk juga agama Kristen. Semua warga pun mengikuti ajakannya. Sebenarnya kasus yang sama seperti ini tidak hanya terjadi satu-dua kali. Kasus ini sudah banyak terjadi di dusun-dusun daerah Salatiga yang menganut agama Kristen.
Salatiga sendiri merupakan pusat Kristenisasi terbesar se-Asia Tenggara, maka dari itu banyaknya gereja di Salatiga ini merupakan hal yang dapat dimaklumi. Tidak hanya orang-orang yang memiliki penyakit berat saja, akan tetapi dari orang-orang yang krisis ekonomi pun juga tidak luput dari misi mereka. Pada intinya dengan segala cara apapun, misi untuk kristenisasi masyarakat mereka berhasil.
Dari sinilah Ustadz Arif Wibowo menjelaskan bahwa Kristenisasi itu bisa muncul karena adanya para misionaris Kristen yang tinggal bersama dengan warga-warga di Lereng Merapi dan Merbabu. Mereka membaur seperti khalayak masyarakat yang banyak membantu masyarakat sekitar. Mereka berusaha semaksimal mungkin dan pantang menyerah dalam melakukan misinya.
Sekarang ini yang menganut Islam di Dusun Samirono hanya ada beberapa. Untuk itu, dibangunnya TK Persis adalah sebagai upaya dakwah Islam. Dengan adanya TK persis di sini merupakan salah satu usaha untuk membangun kembali basis umat Islam di Dusun Samirono. Meskipun belum semuanya tapi cukup membuahkan hasil.
TK Persis telah berhasil mengembalikan nuansa keislaman yang telah hilang di Dusun Samirono. Meskipun masjid-masjid di Salatiga dapat dihitung dengan jari dan lebih banyak gereja, TK persis Solo telah mulai kembali berdakwah untuk masyarakat. Sebab hilangnya adat keislaman pada suatu daerah adalah merupakan titik lemah bagi umat Islam.
Ustadz Arif kemudian menutup paparannya dengan mengatakan bahwa orang-orang Kristen tidak pernah berhenti dalam tugasnya. Mereka akan terus menjalankan tugasnya untuk memperbanyak atau menyebarluaskan agamanya. Islam sebagai agama mayoritas harus memiliki semangat dakwah dalam kehidupanya.
Berdakwah untuk menguatkan dan mempertahankan keimanan seseorang merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim agar selamat dunia akhirat. Cara-cara dakwah juga harus dilakukan dengan santun dan beradab. Dakwah juga semestinya meminimalisir potensi gesekan keagamaan yang memicu konflik berkepanjangan. (Editor: Reisya)