Dari Hikmah Dakwah Nabi Ibrahim Hingga Kebersamaan, Santri At-Taqwa Rayakan Idul Adha 1444 H Dengan Penuh Khidmat

Oleh: Muhammad Dliyaulhaq al-Faqih (Santri PRISTAC – Tingkat SMA – Pesantren at-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Pagi itu langit cerah. Bertepatan pada Kamis, 29 Juni 2023, seluruh kaum muslimin bergembira menyambut Hari Raya Idul Adha 1444 H. Demikian halnya di Ponpes at-Taqwa Depok. Para guru dan santri menyambutnya dengan suka cita. Semuanya bergotong royong mempersiapkan kegiatan Idul Adha di Pesantren at-Taqwa Depok.

Santri Ikhwan menyiapkan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Shalat Id hingga ibadah penyembelihan hewan qurban. Santri Akhwat bangun lebih awal agar dapat memasak dan menyiapkan hidangan setelah selesai Shalat Id. Para guru pun ikut membantu dalam kegiatan ini.

Waktu subuh tiba, kami semua melaksanakan Shalat Subuh berjamaah, dilanjut dzikir dan takbiran yang dipimpin oleh sang imam kali itu, Muhammad Fathan Qoriba. Setetlah selesai, para santri dengan cekatan melaksanakan tugasnya membersihkan lingkungan pondok dan bersiap-siap untuk melaksanakan Shalat Id berjamaah.

Lantunan takbiran mulai terdengar. Ia menandakan Shalat Id akan segera dimulai. Shalat Id berlangsung pukul 06:30 di Lapangan Tengah depan Musholla Taman Adabi bagi yang laki-laki. Sedangkan di Mushola sendiri terdiri jamaah akhwat. Tepat pukul 06:30, Ustadz Bana Fatahillah yang bertindak selaku imam dan khatib berdiri dan kemudian diikuti oleh para jamaah. Shalat berjalan dengan khusyu dengan bacaan yang tartil dan ada penegasan pada tiap ayatnya. Shalat Id pun berakhir, lalu dilanjutkan dengan khutbah Ustadz Bana Fatahillah.

Dalam khutbahnya, Ustadz Bana banyak sekali mengambil pelajaran yang diambil dari sosok Nabi Ibrahim alaihisalam. Salah satunya adalah bahwa kita belajar bahwa dakwah tidak mesti dari hati ke hati, tapi juga dapat dari akal ke akal. Mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim ketika berhadapan dengan Namrudz, setidaknya terdapat tiga poin yang diambil Ustadz Bana dalam khutbahnya itu: Pertama, Allah memberikan manusia akal untuk berfikir. Kedua, media atau cara berdakwah terkadang berbeda dari satu kondisi ke kondisi lainnya. Ketiga, dari Nabi Ibrahim kita belajar bahwa seorang da’I ialah mereka yang memberikan pengaruh (al-muatsir) kepada lingkungan dan masyarakatnya, bukan justru yang terpengaruh (al-muta’atsir).

“Dalam konteks pelajar, santrilah yang harus menjadi mundzir al-qoum, pengingat bagi masyarakatnya, kaumnya, lingkungannya. Bukan ikut-ikutan bahkan terpengaruh. Dalam konteks Nabi Ibrahim juga kita belajar bahwa dakwah harus disesuaikan dengan konteks dan zamannya. Namrudz dan para penyembah patung adalah tantangan dakwah pada masa Nabi Ibrahim. Kini patung-patung itu menjelma menjadi materialisme, hedonism, liberalisme, dan lain sebagainya. Namrudz yang dulu dihadapi Nabi Ibrahim, kini menjelma dengan tantangan pemikirannya yang menyebar layaknya virus,” demikian tandas guru lulusan Universitas al-Azhar Mesir ini.

Khutbah pun berakhir. Para santri berbaris dengan rapi untuk bergantian bersalam-salam kepada guru-guru dan teman-teman, dilanjutkan sesi foto dan makan bersama. Banyak sekali makanan yang terhidang seperti lontong sayur, opor ayam, kentang ati balado, buah semangka, minuman, dan masih banyak lainnya. Semua makan dengan lahap, saling menukar makanan, dan saling bertukar cerita yang membuat kenangan dalam kebersamaan. Hari raya adalah hari kebahagiaan. Kebahagiaan kaum Muslimin ini pun menjadi bagian dari syiar Islam. Setelah semua kenyang, dengan sigap para santri berganti baju untuk bersiap melaksanakan penyembelihan hewan qurban. Hewan qurban yang disembelih di Ponpes at-Taqwa tahun ini ada 14 ekor kambing dan 1 sapi. Tempat penyembelihan berada di lapangan atas dan pembagian daging ada di lapangan tengah serta depan dapur. Ikut dalam prosesi penyembelihan, guru kami, Ustadz Ardiansyah memberikan arahan dan memimpin doa sebelum pelaksanaan. Doa pun berakhir dan penyembelihan pun dimulai.

Ustadz Ardi memulai dengan penyembelihan sapi terlebih dahulu. Ustadz Ardiansyah meminta Ali Sina (Santri ATCO) bersama Ustadz Ericson untuk menjatuhkan sapi tersebut. Sapi pun terjatuh, satri-santri mencoba menahan agar sapi tidak terlepas. Ustadz Ardiansyah mengeluarkan goloknya sambil mengucapkan doa, kemudian keluarlah darah dari bagian leher sapi tersebut. Sapi pun telah diqurbankan. Kemudian penyembelihan dilanjutkan pada 14 kambing lainnya.

Penyembelihan selesai, setelah itu dilakukan pengulitan, pemotongan bagian, dan pembagian. Di tengah kegiatan berangsung, datang logistik, berupa es teh berkemasan dari Angkatan 8. Keadaan di Lapangan Tengah penuh riang gembira. Meskipun tidak ada pembatas antara laki-laki dan perempuan, santri-santri tetap menjaga jarak dalam kegiatan ini. Mereka saling tolong menolong, dan berkerja sama dengan baik. Kami semua ditemani guru-guru hebat yang ikut serta dalam kegiatan ini. Meskipun berat pekerjaan kita, tapi dengan kebersamaan membuat semua menjadi ringan.

Keadaan di dapur masih sangat ramai, santriwati masih terus memasak. Setelah memasak sarapan pagi, mereka memasak cemilan untuk para santri dan guru yang membantu dalam kegiatan ini, seperti gorengan dan kue-kuean. Mereka juga memasak untuk makan siang yaitu memasak sop daging kambing dan lele goreng.

Menjelang zuhur, matahari begitu panas ketika itu. Santri-santri sudah merasa lelah, kegiatan pun hampir selesai. Santri Shaou Lin 1 ditugaskan untuk membersihkan Lapangan Atas dari kotoran-kotoran hewan qurban dan darah-darah yang mengenang, mencuci terpal, dan mengumpulkan semua alat-alat dibantu panitia. Sedangkan Lapangan Tengan diserahkan oleh santri PRISTAC untuk dibereskan.

Azan Dzuhur pun berkumandang, sebagaian ada yang bersiap-siap untuk shalat Dzuhur. Sebagian yang lain melanjutkan bersih-bersih area. Setelah Shalat Dzuhur yang dipimpin oleh Raihan (santri ATCO), kami semua beristirahat dan makan siang. Sisa beberapa santri yang masih melakukan kegiatan, salah satunya panitia distribusi yang menunggu para warga untuk mengambil daging-daging qurban.

Tak terasa hari begitu cepat. Tadinya kami menunggu hadirnya Hari Raya Idul Adha, kemudian melaksanakannya bersama. Sekarang berakhir begitu saja. Kenangan bersama para santri dan guru membuat penulis mengerti apa artinya kebahagian dalam kebersamaan. Terima kasih untuk semua yang telah mejalani kenangan ini bersama. (Editor: Ahd.)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086