Bersama Ustadz Baihaqi, Santri PRISTAC Menimba Hikmah Belajar Bahasa Arab

Oleh: Fatimah Syiharani dan Alya Kayyisah (Santri PRISTAC – Setingkat SMA – Pesantren At-Taqwa, Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Selama di Pandaan, biasanya para santri memiliki jadwal belajar hingga pukul 11 siang. Salah satu kelas yang kami ikuti adalah kelas Bahasa Arab bersama Ustadz Baihaqi. Pembelajaran Bahasa Arab bersamanya adalah pengalaman yang menyenangkan bagi kami. Ia adalah sosok yang begitu sabar dalam mengajari kami. Untuk menghalau rasa kantuk yang kerap menghampiri kami, ia selalu menyelipkan gurauan agar kami tidak tertidur dan melewatkan pembahasan.

Dalam kelas Bahasa Arab, kitab yang digunakan adalah kitab Al-Ajurumiyyah yang merupakan kitab Bahasa Arab klasik bagi para pemula. Kitab ini dikenal dengan penjelasannya yang mudah dan pembahasannya yang lengkap meski kitabnya tipis.

Pada awal pertemuan, Ustadz Baihaqi sempat menjelaskan mengenai urgensi mempelajari Bahasa Arab. Ia menuturkan Bahasa Arab adalah salah satu ilmu alat yang sangat penting khususnya bagi kami para santri.

Bahasa Arab adalah bahasa yang dipilih oleh Allah Subahana wa Ta’ala sebagai bahasa al-Qur’an serta hadis Rasulullah. Keduanya adalah merupakan basis keilmuwan dalam Islam. Untuk itu, Bahasa Arab penting kita kuasai untuk dapat memahami ilmu-ilmu dalam Islam.

Kali ini, Ustadz Baihaqi menguraikan tentang mu’rabat. Mu’rabat adalah tanda i’rab (perubahan) pada akhir kata dalam sebuah kalimat. Mu’rabat terbagi menjadi dua: pertama adalah, dii’rabkan dengan harakat. Ini terjadi untuk isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim dan fi’il mudhari’ yang tidak menerima sesuatu di akhirnya. Semuanya dirafakan dengan dhammah, dinashabkan dengan fathah dan dikhafadhkan dengan kasrah serta dijazmkan dengan sukun.

Dalam pembagian pertama ini, ada pengecualian untuk tiga kondisi: (1) jamak muannats salim yang dinashabkan dengan kasrah; (2) ism la yunshorif yang dikhafadhkan dengan kasroh serta dijazmkan dengan sukun; dan (3) fi’il mudhari mu’tal akhir yang dijazmkan dengan penghapusan nun (hazfu nun).

Kedua, dii’rabkan dengan huruf. Ini terjadi pada isim mutsanna, jamak mudzakkar salim, amsa al-khamsah dan af’al al khamsah. Mutsanna dirafakan dengan alif, dinashab dan di khafadhkan dengan ya.

Sedangkan jamak mudzakkar salim dirafakan dengan waw, dinashab dan dikhafadhkan dengan ya. Asma al-khamsah dirafakan dengan waw, dinashabkan dengan alif dan dikhafadhkan dengan ya. Terakhir, af’al al-khamsah dirafakan dengan nun, dinashab dan dikhafadhkan dengan hazfu nun.

Pembahasan pada pelajaran diakhiri karena waktu telah menunjukkan pukul 11 siang. Demikianlah pembahasan pelajaran kali ini. Kelas ditutup dengan salam dan doa. Kami berdoa agar segala ilmu yang kami dapatkan menjadi berkah. (Editor: Reisya)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086