Belajar Sejarah yang Benar, Wajib!
Oleh: Adzkia Afifah Effendi
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Cendekiawan Malaysia terkemuka Prof. Madya Dr. Khalif Muammar A. Harris menegaskan bahwa kedatangan Islam di Nusantara merupakan sudah direncanakan oleh Rasulullah. Hubungan dagang antara Nusantara dan Arab, katanya, sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam.
“Karenanya, bukan tidak mungkin Nabi Muhammad sudah mengenali daerah-daerah di Nusantara. Beliau pernah berpesan kepada para sahabat, bahwa terdapat suatu daerah yang bernama Sumatera, datangilah dan berdakwahlah di sana,” ucapnya kepada para santri dan guru Pesantren At-Taqwa Depok (7/2/25).
“Jadi, sebenarnya yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia adalah para pendakwah dari Arab dan habaib keturunan Rasulullah SAW, di antaranya adalah Wali Songo,” ucapnya lagi.
Fakta ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap Muslim supaya tumbuh rasa bangga akan agama dan sejarahnya sendiri. Mereka dapat sadar bahwa kedatangan Islam di Nusantara bukan peristiwa tak disengaja; sadar kalau Islam dibawa oleh pendakwah dari Arab, bukan pedagang dari China ataupun India.
“Dengan memahami hal ini, kita tahu bahwa Islam datang oleh orang yang memang punya tujuan dakwah. Dan ajaran Islam yang dibawa dan disebar di Nusantara adalah ajaran Islam yang murni,” pungkas Dr. Khalif.
Fakta dan penjelasan soal itu, ia ambil dari buku sejarah yang sangat otoritatif mengenai sejarah Islam di Kepulauan Melayu Nusantara, berjudul “Historical Fact and Fiction” karya filosof dan sejarawan yang disegani di dunia internasional, Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Dr. Khalif telah menerjemahkan buku sejarah itu ke dalam bahasa Melayu atas izin Prof. Al-Attas, selaku gurunya sendiri. Judul terjemahannya, “Sejarah Islam di Alam Melayu: Antara Fakta dan Rekaan”
Prof. Al-Attas, katanya, seringkali membahas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah sendiri yang mengutus Rasul-Nya untuk menyebarluaskan agama-Nya yang mulia supaya membawa rahmat bagi seluruh alam.
“Agama Islam ibarat matahari yang sinarnya melebihi sinaran benda-benda pada langit lainnya, bahkan membuat benda-benda semua itu pun ikut bersinar,” ucapnya.
Datangnya Islam melalui Nabi Muhammad di Arab, berhasil membuat Arab menjadi negara yang paling berjaya pada masanya. Para Sahabat Nabi pun berhasil menjadi manusia-manusia yang disegani oleh dunia.
Penyebaran Islam ke banyak wilayah dengan misi dakwahnya, berhasil mengembalikan individualitas sebagian besar masyarakat yang terjajah haknya, meningkatkan kualitas adab dan ilmu masyarakatnya sehingga menjadi bangsa yang berperadaban.
Begitu pula di Nusantara. Para pendakwah yang datang tidak hanya menyebarkan Islam, tapi juga sukses meningkatkan mutu masyarakat melalui buku dan pendidikan. Sekalipun banyak dari mereka berasal dari pedalaman, berkat ilmu, adab dan rasionalitas mereka tumbuh tinggi.
Mengutip Prof. Al-Attas, ia menegaskan bahwa mempelajari sejarah, yang benar dan mumpuni, bagi setiap Muslim, fardhu ‘ain. Dengannya, setiap Muslim akan lebih mengenal identitas, tanggung jawab, misi dan cita-citanya di dunia.
“Apabila seseorang salah dalam memahami sejarah, ia akan terperangkap ke dalam pemahaman-pemahaman sesat yang berakibat fatal pada cara pandang dan cara berpikirnya dalam merepresentasikan sejarah. Ia pun tak tahu misi dan cita-cita utamanya di dunia,” jelasnya.
“Karenanya, bukan tidak mungkin Nabi Muhammad sudah mengenali daerah-daerah di Nusantara. Beliau pernah berpesan kepada para sahabat, bahwa terdapat suatu daerah yang bernama Sumatera, datangilah dan berdakwahlah di sana,” ucapnya kepada para santri dan guru Pesantren At-Taqwa Depok (7/2/25).
“Jadi, sebenarnya yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia adalah para pendakwah dari Arab dan habaib keturunan Rasulullah SAW, di antaranya adalah Wali Songo,” ucapnya lagi.
Fakta ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap Muslim supaya tumbuh rasa bangga akan agama dan sejarahnya sendiri. Mereka dapat sadar bahwa kedatangan Islam di Nusantara bukan peristiwa tak disengaja; sadar kalau Islam dibawa oleh pendakwah dari Arab, bukan pedagang dari China ataupun India.
“Dengan memahami hal ini, kita tahu bahwa Islam datang oleh orang yang memang punya tujuan dakwah. Dan ajaran Islam yang dibawa dan disebar di Nusantara adalah ajaran Islam yang murni,” pungkas Dr. Khalif.
Fakta dan penjelasan soal itu, ia ambil dari buku sejarah yang sangat otoritatif mengenai sejarah Islam di Kepulauan Melayu Nusantara, berjudul “Historical Fact and Fiction” karya filosof dan sejarawan yang disegani di dunia internasional, Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Dr. Khalif telah menerjemahkan buku sejarah itu ke dalam bahasa Melayu atas izin Prof. Al-Attas, selaku gurunya sendiri. Judul terjemahannya, “Sejarah Islam di Alam Melayu: Antara Fakta dan Rekaan”
Prof. Al-Attas, katanya, seringkali membahas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah sendiri yang mengutus Rasul-Nya untuk menyebarluaskan agama-Nya yang mulia supaya membawa rahmat bagi seluruh alam.
“Agama Islam ibarat matahari yang sinarnya melebihi sinaran benda-benda pada langit lainnya, bahkan membuat benda-benda semua itu pun ikut bersinar,” ucapnya.
Datangnya Islam melalui Nabi Muhammad di Arab, berhasil membuat Arab menjadi negara yang paling berjaya pada masanya. Para Sahabat Nabi pun berhasil menjadi manusia-manusia yang disegani oleh dunia.
Penyebaran Islam ke banyak wilayah dengan misi dakwahnya, berhasil mengembalikan individualitas sebagian besar masyarakat yang terjajah haknya, meningkatkan kualitas adab dan ilmu masyarakatnya sehingga menjadi bangsa yang berperadaban.
Begitu pula di Nusantara. Para pendakwah yang datang tidak hanya menyebarkan Islam, tapi juga sukses meningkatkan mutu masyarakat melalui buku dan pendidikan. Sekalipun banyak dari mereka berasal dari pedalaman, berkat ilmu, adab dan rasionalitas mereka tumbuh tinggi.
Mengutip Prof. Al-Attas, ia menegaskan bahwa mempelajari sejarah, yang benar dan mumpuni, bagi setiap Muslim, fardhu ‘ain. Dengannya, setiap Muslim akan lebih mengenal identitas, tanggung jawab, misi dan cita-citanya di dunia.
“Apabila seseorang salah dalam memahami sejarah, ia akan terperangkap ke dalam pemahaman-pemahaman sesat yang berakibat fatal pada cara pandang dan cara berpikirnya dalam merepresentasikan sejarah. Ia pun tak tahu misi dan cita-cita utamanya di dunia,” jelasnya.