Bekal Menjaga Akidah, Santri At-Taqwa Depok Belajar Kristologi Dengan Pakarnya
Oleh: Farros Halim dan Chamilla Yusuf (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Kaum Kristen mempunyai misi untuk menyebarkan agama mereka ke seluruh dunia. Karenanya “kristenisasi” bukan sebatas isu, melainkan sebuah fakta dan tindakan nyata. Itu ditegaskan oleh Ustadz Drs. Abu Deedat Shihab, seorang pakar Kristologi, dalam pembukaan kuliah intensif Kristologi pada Ahad, (16/02/25) di Pesantren At-taqwa Depok.
Kuliah ini diikuti oleh santri akhir At-Taqwa Depok juga sebagian mahasiswa STID Moh. Natsir. Menurut Ustadz Bana Fatahillah, Direktur At-Taqwa College, Kristologi menjadi kajian penting sebagai bekal para santri di masyarakat kelak. “Mereka nantinya tidak gagap jika dituntut untuk menangani isu seperti Kristenisasi,” ujar ustadz Bana.
Umat muslim menjadi salah satu objek misi mereka. Mereka belajar serius untuk memahami Islam dengan baik agar dapat berdialog dengan umat Islam. Ini bisa dilihat dari beberapa yayasan mereka yang dinuansakan Islami seperti Yanuka (Yayasan Nur Kalimatullah). Begitu juga ada sekolah tinggi Kristen yang di dalamnya diajari tentang Islam, agar mereka dapat mengeluarkan muslim dari agamanya atau dimurtadkan.
Di lembaga-lembaga itu, mereka diajari tentang al-Quran dan penafsirannya. Ust Abu Deedat menunjukkan satu fakta bahwa islamologi diajarkan sebanyak 46 SKS di Sekolah Tinggi Teologi tertentu. Mulai dari bahasa arab, ilmu al-Quran sampai tafsir al-Quran di ajarkan di sana.
“Lihatlah bagaimana keseriusan mereka dalam mengkaji Islam. Namun sayangnya banyak dari pendakwah kita belum memahami Kristologi ini, bahkan hanya menganggap kristenisasi sebagai sebuah isu dan dianggap masalah kecil,” jelas Ustadz Abu Deedat.
Perkaderan misionaris ini dilaksanakan secara serius untuk melahirkan misionaris hebat yang menyebarkan Kristen ke seluruh dunia. Sebab ini semua merupakan perintah Yesus, atau dalam istilah mereka “Amanat Agung Yesus” yang harus dilaksanakan sebagaimana tertera pada Matius 28:19 dan Matius 16:15.
Siasat mereka dalam menjalankan misi ini sangat halus dan rapih. Slogan yang mereka pakai, sebagaimana dalam Injil Matius 10:16 ialah “cerdik layaknya ular dan tulus seperti merpati.” Karenanya bukan dengan paksaan namun kemauan. Di sinilah letak kelihaian mereka.
Ada juga misionaris yang melakukan kristenisasi berkedok program sosial di daerah, seperti pembagian makanan, pengobatan, nikah masal dan lainnya. Menurut Ustadz Abu Deedat, program inilah yang banyak menipu kalangan awam umat muslim khususnya mereka yang ekonominya sulit. Dari luar terlihat seperti kegiatan sosial, padahal di dalamnya terdapat gerakan pemurtadan.
Di sinilah letak urgensi kajian Kristologi. Pengajaran Kristologi menjadi bekal umat Islam membentengi kristenisasi. Tidak hanya menyerang ke luar alias berdialog dengan tokoh mereka, namun juga harus membawa mereka juga para murtaddin kembali ke Islam.
Menurut penulis buku “Kristologi Senjata Dakwah yang Terlupakan” pengetahuan ini dilandaskan pada sebuah ayat al-Quran, di mana kita diminta oleh Allah untuk mengajak para Ahli Kitab untuk kembali kepada satu kalimat yang sama (kalimatin sawa) yakni ajaran Tauhid sebagaiamana dalam QS. Ali-Imran [3]: 64.
Kristologi sangat penting untuk dipelajari umat muslim, khususnya bagi seorang da’i. tidak hanya untuk dapat berdialog dengan mereka. Namun juga berdakwah kepada saudara muslim yang –naudzhubillah—keluar dari Islam. Dengan itu, kita dapat mengajak mereka kepada jalan yang benar.
Kuliah intensif ini berlangsung dalam 5 sesi selama 2 hari. Di sesi selanjutnya Ust. Abu Deedat memaparkan kekeliruan faham mereka dengan apa yang ada dalam kitab mereka sendiri. Sebab jika diperhatikan dalam banyak ayatnya, Yesus justru menyuruh untuk menyembah Allah bukan menyembahnya. Itulah ajaran tauhid.
Wallahu a’lam bis shawwab.
Kuliah ini diikuti oleh santri akhir At-Taqwa Depok juga sebagian mahasiswa STID Moh. Natsir. Menurut Ustadz Bana Fatahillah, Direktur At-Taqwa College, Kristologi menjadi kajian penting sebagai bekal para santri di masyarakat kelak. “Mereka nantinya tidak gagap jika dituntut untuk menangani isu seperti Kristenisasi,” ujar ustadz Bana.
Umat muslim menjadi salah satu objek misi mereka. Mereka belajar serius untuk memahami Islam dengan baik agar dapat berdialog dengan umat Islam. Ini bisa dilihat dari beberapa yayasan mereka yang dinuansakan Islami seperti Yanuka (Yayasan Nur Kalimatullah). Begitu juga ada sekolah tinggi Kristen yang di dalamnya diajari tentang Islam, agar mereka dapat mengeluarkan muslim dari agamanya atau dimurtadkan.
Di lembaga-lembaga itu, mereka diajari tentang al-Quran dan penafsirannya. Ust Abu Deedat menunjukkan satu fakta bahwa islamologi diajarkan sebanyak 46 SKS di Sekolah Tinggi Teologi tertentu. Mulai dari bahasa arab, ilmu al-Quran sampai tafsir al-Quran di ajarkan di sana.
“Lihatlah bagaimana keseriusan mereka dalam mengkaji Islam. Namun sayangnya banyak dari pendakwah kita belum memahami Kristologi ini, bahkan hanya menganggap kristenisasi sebagai sebuah isu dan dianggap masalah kecil,” jelas Ustadz Abu Deedat.
Perkaderan misionaris ini dilaksanakan secara serius untuk melahirkan misionaris hebat yang menyebarkan Kristen ke seluruh dunia. Sebab ini semua merupakan perintah Yesus, atau dalam istilah mereka “Amanat Agung Yesus” yang harus dilaksanakan sebagaimana tertera pada Matius 28:19 dan Matius 16:15.
Siasat mereka dalam menjalankan misi ini sangat halus dan rapih. Slogan yang mereka pakai, sebagaimana dalam Injil Matius 10:16 ialah “cerdik layaknya ular dan tulus seperti merpati.” Karenanya bukan dengan paksaan namun kemauan. Di sinilah letak kelihaian mereka.
Ada juga misionaris yang melakukan kristenisasi berkedok program sosial di daerah, seperti pembagian makanan, pengobatan, nikah masal dan lainnya. Menurut Ustadz Abu Deedat, program inilah yang banyak menipu kalangan awam umat muslim khususnya mereka yang ekonominya sulit. Dari luar terlihat seperti kegiatan sosial, padahal di dalamnya terdapat gerakan pemurtadan.
Di sinilah letak urgensi kajian Kristologi. Pengajaran Kristologi menjadi bekal umat Islam membentengi kristenisasi. Tidak hanya menyerang ke luar alias berdialog dengan tokoh mereka, namun juga harus membawa mereka juga para murtaddin kembali ke Islam.
Menurut penulis buku “Kristologi Senjata Dakwah yang Terlupakan” pengetahuan ini dilandaskan pada sebuah ayat al-Quran, di mana kita diminta oleh Allah untuk mengajak para Ahli Kitab untuk kembali kepada satu kalimat yang sama (kalimatin sawa) yakni ajaran Tauhid sebagaiamana dalam QS. Ali-Imran [3]: 64.
Kristologi sangat penting untuk dipelajari umat muslim, khususnya bagi seorang da’i. tidak hanya untuk dapat berdialog dengan mereka. Namun juga berdakwah kepada saudara muslim yang –naudzhubillah—keluar dari Islam. Dengan itu, kita dapat mengajak mereka kepada jalan yang benar.
Kuliah intensif ini berlangsung dalam 5 sesi selama 2 hari. Di sesi selanjutnya Ust. Abu Deedat memaparkan kekeliruan faham mereka dengan apa yang ada dalam kitab mereka sendiri. Sebab jika diperhatikan dalam banyak ayatnya, Yesus justru menyuruh untuk menyembah Allah bukan menyembahnya. Itulah ajaran tauhid.
Wallahu a’lam bis shawwab.