Beginilah Santri Pesantren At-Taqwa Depok Tampil Percaya Diri Ketika Presentasi Makalah Ilmiah di Hadapan Orang Tua
Oleh: M. Rofi Abdurrohiim (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 17 Tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Santri Pesantren At-Taqwa Depok tingkat SMA, pada Senin (12/5/25), mempresentasikan makalah ilmiah mereka di hadapan para orang tua santri, termasuk orang tua mereka sendiri. Mereka membawa gagasan-gagasan besar, di antaranya:
- “Menimbang Pembelajaran Secara Online Dengan Adil” oleh Aisya Naura Salsabila (15 tahun)
- “Kedudukan Akal Perspektif Rasionalisme Rene Descartes Dalam Tinjauan Islamic Worldview” oleh Aisha Rahma Rosiadi Putri (16 tahun)
- “Peran Pesantren Dalam Perkembangan Kebudayaan Di Sunda: Akar Sejarah Dan Manifestasinya” oleh Khairin Atha Mirza (15 tahun)
- “Peran Penanaman Aqidah Dalam Membentuk Karakter” oleh M.Azmi Balapradana (15 tahun)
- “Konsep Fiqhud Da’wah M. Natsir Dan Relevansinya Hari Ini” oleh Abdullah Aufa Ariq (16 tahun)
- “Pendidikan Berbasis Al-Qur’an Dan Sunnah Sebagai Solusi Atas Fenomena Fatherless” oleh Shafwa Elmedina Bahtiar (15 tahun)
Para orang tua menyimak presentasi mereka dengan penuh rasa kagum. Pujian mereka berikan. Tidak sedikit pula orang tua yang kritis terhadap para santri itu dengan memberi berbagai macam pertanyaan. Namun semuanya dapat dijawab dengan baik
“Beginilah cara kami mendidik para santri. Sekali-kali mereka memang harus diberikan tantangan berupa menulis makalah dan presentasi. Karenanya, ketika dihadapkan dengan beragam pertanyaan, dengan segala keterbatasannya, setidaknya mereka tidak goyah karena mereka telah dibiasakan berpikir dan menulis,” tutur Mudir At-Taqwa Dr. Muhammad Ardiansyah yang hadir dalam acara tersebut.
Selain itu, kata Ustadz Ardi, mereka juga telah berjuang menyiapkan banyak bekal untuk mempertanggung jawabkan apa yang mereka tulis. Apalagi sejak awal makalah mereka dipresentasikan di hadapan para guru, mereka sudah menghadapi banyak kritik.
“Kata guru saya, kalau ente mau ngajar satu RT, ente harus menguasai satu RW. Kalau ente mau ngajar 1 RW, ente harus menguasai satu Kelurahan,” ucap Ustadz Ardi.
Ustadz Ardi mengakui ketidaksempurnaan para santri dalam menulis makalah ilmiahnya. Tapi setidaknya, mereka sudah mau berpikir besar dan menyusun gagasannya dalam satu tulisan yang ilmiah.
“Dalam menulis, yang penting itu ditulis saja dahulu. Kalau tidak sempurna, wajar saja, karena memang tidak tidak ada tulisan yang sempurna. Yang salah dan tidak wajar itu adalah kalau tidak tidak ditulis,” tuturnya.
Banyak wali santri bangga terhadap apa yang putra-putrinya dapatkan, terlihat dari beberapa orang tua yang memberikan hadiah kepada anak-anaknya dan saling berpelukan.
Acara ini adalah presentasi santri At-Taqwa tingkat SMA tahap keempat. Tahap sebelumnya adalah presentasi di depan para guru dan santri At-Taqwa, dan presentasi di lembaga pendidikan di luar At-Taqwa, setingkat SMA dan perguruan tinggi.
Tahun ini, giliran angkatan ke-7 yang menulis makalah ilmiah dan mempresentasikannya. Artinya, sudah 7 tahun (sejak angkatan pertama) At-Taqwa berkomitmen membangun budaya literasi santri, meningkatkan daya dan kualitas berpikir mereka.