Bahtera Masa Kini untuk Dekat dengan Nabi

Oleh: Yusuf Sholih (Santri PRISTAC – Pesantren at-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Di malam hari yang senyap, gerimis rintik-rintik mulai berjatuhan. Hujan pun berhenti pada akhirnya. Di antara senyapannya terdengar suara bass hadroh yang bergemuruh. suara hadroh yang kencang, suara vokal yang sangat merdu dari kawan kami, dan suara santri yang sangat bersemangat melantunkan sholawat. Maka dibacakanlah syair adh-Dhiya’ ul-Lami untuk mengenang Nabi.
 
Salah satunya di Pesantren at-Taqwa Depok. Pada Sabtu malam, 8 Oktober 2022 yang bertepatan dengan 12 Rabi’u al-Awwal 1444 H, Pesantren at-Taqwa Depok menyelenggarakan acara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid kali ini bertajuk “Buktikan Cinta kepada Nabi dengan Menjadi Insan Adabi.”
 
Acara ini dihadiri oleh seluruh tamu undangan (warga dan tokoh masyarakat setempat), asatidz, dan santri Pesantren at-Taqwa Depok, mulai dari ATCO (Setingkat Perguruan Tinggi), PRISTAC (Setingkat SMA) dan Shoul-Lin al-Islami (Setingkat SMP). Spesialnya, acara ini didatangi oleh dzurriyat (keturunan) Nabi SAW, Habib Muhammad bin Alwi al-Haddad.
 
Acara ini dibuka dengan pembacaan kalamullah yang sangat merdu, yang dibacakan oleh Fathan Qoriba (Santri PRISTAC 2). Acara lalu dilanjutkan dengan pembacaan maulid, yang dibawakan oleh tim hadroh Pesantren at-Taqwa Depok. Pembacaan maulid berlangsung dengan sangat khidmat. Dibacakanlah sejarah Nabi; bagaimana beliau berdakwah, sifat-sifatnya dan diakhiri oleh do’a oleh Ustadz Zuhdi. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari penanggung jawab acara ini, Ustadz Zein (guru fiqh di tingkat Shoul-Lin).
 
Acara selanjutnya ialah acara inti, tausiyah dari Habib Muhammad bin Alwi al-Haddad. Ia membuka pembicaraannya dengan memuji Allah SWT dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu ia membahas kenapa kita (pada zaman sekarang) dianjurkan untuk membaca maulid Nabi.
 
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Habib Muhammad menceritakan bahwa ada seorang murid di majelisnya, ia sekarang berada di Australia. Ia bilang bahwasannya di sana terdapat maulid yang dibacakan dan juga terdapat majelis Rasulullah SAW. Maka ia pun bertanya kepada Habib, mengapa kita dianjurkan untuk maulid? Adanya pertanyaan ini karena banyak kawannya (yang awwam) bertanya kepadanya.
 
Maka Habib Muhammad pun menjawab, bahwasannya maulid itu adalah kebutuhan kita. Mengapa para sahabat tidak bikin maulid pada zamannya? Karena pada saat itu peringatan maulid belum dibutuhkan. Begitu pula ilmu tajwid, nahwu, mustholah al-hadits, fiqh, dan lain sebagainya. “Kenapa sejarah Nabi juga tidak? Karena mereka telah melihat mukjizat Nabi secara langsung,” begitu tegas al-Habib.
 
Habib Muhammad pun mencontohkan, bahwasannya 1.400 sahabat melihat langsung daripada jari-jari beliau keluar air. Maka banyak para sahabat minum daripadanya. Pada abad ke-21 ini, minat baca hancur-hancuran. Maka sangat jarang orang dapat membaca kisah perjuangan Nabi. Habib Muhammad bercerita, ada gurunya di Madinah, yang dalam satu hari wajib baginya untuk membaca 22 kitab dalam satu hari itu. Sangat jarang ada orang seperti itu saat ini.
 
Adanya maulid ini sebagai jembatan untuk dekat kepada Rasulullah SAW. Maulid yang dibacakan, isinya terdapat awal zaman Nabi, sifat-sifatnya, dan diakhiri do’a. Lalu Habib Muhammad pun menjelaskan beberapa teks daripada maulid dan dijelaskanlah kepada kita.
 
Habib Muhammad menjelaskan, bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani telah mengetahui sifat-sifat Nabi, maka malu lah kita sebagai umatnya apabila tidak menghapalkannya, bahkan mengetahuinya. Contohnya ialah kaisar Romawi, setelah ia mendapatkan surat dari Rasulullah SAW, maka ia mengutus satu orang-orangnyauntuk pergi ke Syam dan membawa siapapun yang paling dekat nasabnya dengan Nabi untuk menghadapnya. Tujuannya untuk betul-betul mengetahui apakah yang menyuratinya itu betul-betul Nabi.
 
Karena yang dibawa oleh ajudannya itu adalah Abu Sufyan, maka pada saat ditanya-ditanya oleh kaisar Romawi ia menjawab dengan jujur. Di antara pertanyaan ialah: siapa nasab yang paling dekat dengannya? Bagaimana nasabnya? Apakah ayahnya seorang penguasa? Pengikutnya orang-orang lemah atau kuat? Bagaimana perangnya? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Abu Sufyan semuanya dengan jujur, maka kagumlah ia ketika itu pada Rasulullah SAW. Ini berarti, kaisar Romawi saja mengetahui betul tanda-tanda kenabian, sebagaimana yang diajarkan oleh tokoh-tokoh agamanya!
 
Habib Muhammad pun melanjutkan. Adanya maulid ini untuk dekat kepada  Rasulullah SAW. Sedangkan dengam sifat-sifatnya maka wajib untuk kita menghapal dan mengetahuinya, karena salah satu diantara kemuliaan orang yang menghapal sifat-sifar Nabi, ialah dijabah do’a-do’anya. Pada zaman inilah, orang memerlukan wadah, bahtera untuk mengenal dengan dekat kehidupan dan sifat-sifat Nabi. Maulid inilah yang diwariskan oleh para ulama agar umat Islam tetap dalam bahtera itu, sebagai umat Nabi.
 
Pada penutup yang diberikan oleh Habib, ia menyimpulkan: “Maulid Nabi sebagai bahtera untuk mendekat pada Rasul, menghapal sifa-sifatnya.” Ia juga menceritakan kisah Rasulullah pada saat di perang Ahzab (koalisi) atau Khandaq. Suatu ketika pada saat Rasulullah sedang menggali parit perang, ada sahabat yang melihat bahwa di perut Nabi terdapat batu yang terikat untuk mengganjal rasa laparnya.
 
Hal ini dilakukan Rasulullah SAW, dikarenakan beliau belum makan sampai tiga hari. Salah satu di antara sahabat ada yang tidak tega. Ialah Jabir. Ia pun pulang ke rumah dan bertanya kepada istrinya, makanan apa yang masih ada. Maka yang tersisa ialah 1 sha’ gandum dan satu anak domba yang masih kecil, maka dibuatlah ‘Ajim; burmah dan gandum.
 
Maka Jabir pun mengundang Rasulullah SAW dan memintanya mengajak sembilan sahabat. Namun Rasulullah SAW justru memanggil semua sahabat yang sedang menggali parit. Padahal Jabir sendiri sudah diperingatkan istrinya agar jangan terlalu banyak membawa tamu, karena sedikitnya makanan yang dimiliki. Ia sendiri berpesan, agar tidak membuatnya malu di hadapan Nabi. Sesampainya di rumah Jabir, Rasulullah masuk ke dapur rumahnya Jabir, dan beliau pun meludahi salah satu panci yang ada (ada dua panci), maka dibacakanlah do’a-do’a yang membuat makanan itu tidak habis-habis sehingga para sahabat bisa mendapatkan makanan semuanya.
 
Yang diceritakan ini adalah baru salah satu bab ludah Nabi saja, belum yang lainnya. Masih banyak yang lainnya. Maka yang cocok untuk dijadikan teladan adalah Nabi Muhammad SAW, tidak seperti anak-anak jaman sekarang yang nge-fansnya sama artis k-pop. Jauh sekali bandingannya. Mengapa mereka belum mencintai Nabi? Karena mereka belum merasakan ni’matnya mengenal Nabi Muhammad SAW.
 
Acara ini diakhiri dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Dr. Muhammad Ardiansyah (Mudir Pondok Pesantren at-Taqwa Depok) dan foto bersama dengan Habib Muhammad bin Alwi al-Haddad. Semoga dengan adanya acara maulid ini, membuat kita semakin dekat dengan Nabi. (Ahd.)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086