At-Taqwa Depok Gelar Kuliah Internasional Bertajuk Konsep Universitas Islam, Prof. Wan: “Perguruan Tinggi Islam Merupakan Medan Strategis Saat Ini”

Oleh: Cut Aisyah Kinanti (Santriwati At-Taqwa College Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
...

Kamis, 20 Juli 2023 Pesantren At-Taqwa Depok menyelenggarakan Kuliah Internasional. Kuliah ini merupakan bagian dalam rangka Tasyakkur 25 Tahun Perguruan At-Taqwa Depok. Kuliah Internasional yang bertajuk “Menyegarkan Kembali Konsep Universitas Islam” ini menghadirkan Prof. Dr Wan Muhammad Nor Wan Daud yang merupakan Penyandang Kursi Pemikiran Islam Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas.

Sebagai moderator, Dr Adian Husaini mengawali acara dengan memaparkan sekilas terkait perjuangan para ulama dahulu mendirikan perguruan tinggi Islam. Pendiri Perguruan at-Taqwa Depok ini menyampaikan bahwa tema pembahasan kali ini sangat penting dikaji di era disrupsi, untuk mengingatkan umat Islam agar berjuang bersama meneruskan perjuangan para ulama membangun kembali peradaban Islam melalui perbaikan kualitas pendidikan.

Setelah pendahuluan yang disampaikan oleh Dr. Adian, selanjutnya adalah acara inti yaitu penyampaian materi oleh Prof Wan. Beliau memulai kuliah internasional ini dengan memaparkan tantangan besar yang dihadapi umat Islam ialah confusion of knowledge. Faktor lahirnya fenomena ini tidak lain dikarenakan loss of adab. Hilangnya adab menyebabkan manusia-manusia yang tidak kompeten merubah makna pada peristilahan dasar (key terms) Islam, sehingga menyebabkan kekacauan ilmu.

Fenomena tersebut menjadi persoalan yang patut dicermati oleh umat Islam. Founder CASIS Malaysia ini menegaskan bahwa fenomena perubahan makna pada peristilahan dasar bersifat halus, tidak nampak jelas. Makna pada peristilahan dasar tidak begitu saja dinafikan (diingkari), tetapi secara perlahan makna yang ada dalam key terms umat Islam diartikan dengan pendefisian lain, yang berasal dari worldview asing sehingga key term tersebut bergeser maknanya.

Prof Wan menyampaikan bahwa untuk menghadapi tantangan yang ada, umat Islam sudah semestinya berjuang bersama lillahi ta’ala, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wassalam beserta para shahabat radhiyAllahu ‘anhum. Jika dahulu, mereka telah berjuang menegakkan Islam di tengah nilai-nilai jahiliyah, maka kita pun mestinya bersama-sama menjaga Islam dari tantangan yang ada, terutama dari perubahan makna pada key terms.

Di sinilah kemudian kita mendapati akan peranan yang dipegang oleh universitas Islam dalam menghadapi tantangan. Ahli falsafah asal Kelantan, Malaysia ini memaparkan bahwa Perguruan Tinggi merupakan medan srategis merubah pemikiran manusia. Karenanya, Perguruan Tinggi menjadi suatu tahapan pendidikan yang efektif, sebab pada masa inilah terjadinya puncak pembentukan pemikiran seseorang. Kita bisa melihat contohnya dari mahasiswa yang belajar dari negeri-negeri Barat, tidak sedikit dari mereka yang kemudian lulus dengan pola pikirnya yang ter-westernisasi, lantaran mereka melalui tahap pendidikan di Perguruan Tinggi yang mengandung nilai Barat.

Maka dari sini kita mendapati bahwa tahap pendidikan tinggi adalah tahapan yang sangat penting. Sebab dari tahapan perguruan tinggi, akan lahir para tokoh yang akan bergerak di tengah masyarkat. Oleh karenanya umat Islam mesti memperhatikan konsep pendidikan tingginya dengan baik, agar lahir, dari perguruan tinggi Islam, manusia-manusia yang mampu melakukan perbaikan, bukan malah menambah kekacauan. Untuk itu. Konsep pendidikan tinggi Islam mesti dicermati dengan baik, mahasiswa mesti mendapatkan pemahaman yang benar akan Islam, sehingga tidak menimbulkan kekacauan.

Adanya fenomena confusion of knowledge menjadi suatu perkara yang tidak boleh disepelekan. Maka untuk itu proses Islamisasi di perguruan tinggi Islam yang pertama kali mesti ditujukan pada penjagaan dari kesalahan pemaknaan peristilahan dasar. Sebab pengabaian akan hal ini akan menimbulkan problematika yang berkelanjutan. (Pembahasan mengenai universitas Islam dapat dilihat lebih lanjut di buku Islamisasi Ilmu-Ilmu Kontemporer dan Peran Universitas Islam dalam Konteks Dewesternisasi dan Dekolonisasi, karya Prof, Wan.)

Setelah penyampaian materi oleh Prof Wan, Dr Adian kemudian menambahkan, bahwa salah satu contoh confusion of knowledge yang terjadi adalah kesalahan dalam memahami konsep universitas unggul. Menurut pemerhati pendidikan Indonesia ini, tidak sedikit orang yang telah menggeser pemaknaan universitas unggul. Mereka melihat dari banyaknya kuantitas mahasiswa yang lulus dan berhasil menjadi pekerja sukses, padahal semestinya pendefisian universitas yang unggul dinilai dari kualitas mahasiswa yang lahir dari perguruan tinggi tersebut.

Penilaian keunggulan universitas seharusnya tidak hanya diukur dari unsur materialistik, namun juga berdasarkan kualitas diri manusia yang lahir dari perguruan tinggi tersebut. Penilaian yang tidak menyampingkan aspek ruhani seseorang inilah yang menjadi kelebihan dari universitas Islam. Ketua DDII ini juga menghimbau bahwa mestinya seorang pelajar memiliki keseimbangan antara aspek intelektualisme dan aktivismenya. Dalam artian, hendaknya sosok yang lahir dari perguruan tinggi Islam tidak hanya pandai dalam aspek intelektual semata namun juga turut berperan dalam bidang sosial, terjun ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu. (Editor: Ahd)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086