Aspek Kemukjizatan Al-Quran: Ini Penjelasan Guru Besar Ilmu Al-Qur'an Al-Azhar

Oleh: Bana Fatahillah, Lc. (Guru Ulumul Qur'an di Pesantren at-Taqwa Depok; Murid Syaikh Salim Abu Ashi)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Hari Selasa (7/2) Prof. Dr. Muhammad Salim Abu Ashi, Ulama Al-Azhar, mengunjungi Ponpes At-Taqwa Depok. Mantan Dekan Pascasarjana Universitas Al-Azhar tersebut menyampaikan Seminar Ilmiah berjudul "Al-Quran dan Tantangan Modernitas" 
Sebelum memulai, Syekh Salim–begitu sapaan akrabnya–berterimakasih kepada pihak pondok atas acara yang diselenggarakan.

Dirinya sangat senang dan takjub melihat semangat para pelajar. Terlebih ketika mendengar para santri Ponpes At-Taqwa yang sudah banyak menulis dalam tema-tema penting di umur yang masih belia. “Saya yakin dari Bangunan Ilmu (al-Sharh al-Ilmiy) ini akan lahir para ulama, pemikir, penulis yang hebat di masa yang akan datang!” ujarnya.  

Memulai tema seminarnya, penulis kitab Al-Mushtashfa fi Ulumil Quran ini menyampailan hal penting tentang al-Quran. Menurutnya sedari awal seorang muslim harus meyakini bahwa al-Quran bukan buatan manusia. Keyakinan ini bukan sebatas mengikuti alias taklid, atau mengiyakan apa yang telah diwariskan dari pendahulu kita. Namun harus dengan dibuktikan. Pembasan inilah yang dikaji oleh ulama dalam tema I’jaz Al-Quran. 

Al-Quran adalah mukjizat. Makna mu’jiz adalah melemahkan siapapun untuk mendatangkan yang sama sepertinya. Kendati sepakat dalam poin ini, namun para ulama berbeda pendapat di mana letak kemukjizatan al-Quran itu. Banyak ulama—di antaranya Abdul Qahir Al-Jurjani—yang menilai bahwa letak kemukjizatan al-Quran ada pada struktur lafadznya (al-Nazhm). Namun ada yang berpendapat lainnya. Kesemua aspek ini sudah ditulis dan dituangkan oleh Syekh Salim dalam satu buku khusus bernama “La Ya’tuuna bi Mitslihi Diraasatun fii I’jaaz al-Quran”.

Dari salah satu banyaknya aspek kemukjizatan itu, Syekh Salim menjelaskan perihal Aspek Pesona Keagungan Tuhan dalam lafadz al-Quran. Ulama menamakan aspek ini dengan “Mazhar Jalaal al-Rubuubiyyah”. Pada intinya aspek ini hendak menjelaskan bahwa kalimat di al-Quran, jika dilihat isinya, tidak mungkin dikatakan oleh manusia sehebat apapun manusia itu. 

Ulama Bermazhab Hanafi ini berangkat dengan sebuah permisalan sederhana. Setiap sastrawan pasti memiliki gaya bahasa khusus. Antara sastrawan A dan B tentu punya gayanya masing-masing. Tidak mungkin si A menyamai si B. Bagaimanapun cara si A menyamainya, tentu akan terlihat perbedaannya, baik dari segi gaya bahasa ataupun isinya. Begitupun al-Quran, jika kita telaah isi dan perkataannya, kita akan menemukan banyak ayat yang tidak mungkin teerlontar dari seorang manusia. 

Contohnya saja ayat dalam surat Qaf yang berbunyi, “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

“Manusia, bagaimanapun kekuatan yang ia miliki, tidak akan mungkin mengucapkan kalimat ini. Ia tidak mungkin mengatakan dirinya telah menciptakan dan mengetahui apa yang dibisikan hatinya..” ujar Syekh Salim. 

Inilah yang diistilahkan dengan Mazhar Jalaal al-Rubuubiyyah itu (Aspek Pesona Keagungan Tuhan) dalam al-Quran. Lafadz dalam al-Quran menunjukan ke-Tuhan-an al-Quran itu, yakni ia bersumber dari Tuhan, bukan tulisan manusia. Ini bisa dibedakan dengan perkataan Fir’aun yang Allah gambarkan di al-Quran:

Fir‘aun berkata, “Hai Haman, buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu."

“Firʻaun berkata, “Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selainku. Wahai Haman, bakarlah tanah liat untukku (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa! Sesungguhnya aku yakin bahwa dia termasuk para pendusta.” (Qs. Qashas: 38)

Menurut Syekh Salim, Allah seakan ingin menunjukan bahwa perkataan menunjukan siapa pembicaranya. Perhatikanlah! Fir’aun, bagaimanapun kekuasaan yang ia miliki, ia masih meminta seseorang untuk menolongnya. Ia Masih membutuhkan sesuatu untuk sampai ke tujuannya. Berbeda dengan Allah yang saat berbicara sangat terlihat jelas bahwa perkataannya itu tidak mungkin terucap kecuali oleh Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

“Anda bisa membayangkan, apakah ayat seperti “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa dan Kami tidak merasa letih sedikit pun (Qs. Qaf: 38), atau “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati." "ini semua tidak mungkin datang kecuali dari Allah Swt” tegas Syekh Salim.

Masih banyak lagi aspek kemukjizatan lainnya, yang pada intinya semua itu ingin mengatakan bahwa al-Quran adalah mu’jiz dan tidak dapat didatangkan siapapun.

Terakhir, Syekh Salim mengingatkan jangan sampai kita tertipu dengan berbagai tuduhan seputar al-Quran. Hal itu bisa dibentengi dengan memperkuat keilmuan kita dalam turats Islam.  Acara ditutup dengan tanya jawab dan perfotoan bersama. Di jalan pulang Syekh Salim berkata pada salah satu ustadz di Pondok, mereka ini berpotensi pertanyaan mereka menunjukan kualitas diri pelajar. Teruskan!

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086