Studi Banding Pendidikan Adab, Guru-Guru Smp IT Nur Hidayah Surakarta Kunjungi Pesantren At-Taqwa Depok
Oleh: Ust. Ahda Abid
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Selasa, 24 Mei 2022, Pesantren at-Taqwa Depok menerima kunjungan 16 guru SMP IT Nur Hidayah Surakarta. Kunjungan ini dilaksanakan untuk melakukan studi banding pendidikan adab di Pesantren at-Taqwa Depok.
Alhamdulillah, di siang yang cerah itu suasana cukup meriah. Kepala Sekolah SMP IT Nur Hidayah, Ustadz Zuhdi Yusroni, mengungkapkan kebahagiaannya bisa mendatangi langsung Pesantren at-Taqwa. Demikian juga Mudir Pesantren at-Taqwa, Dr. Muhammad Ardiansyah.
Mudir yang sehari-hari disapa Ustadz Ardi itu juga menyambut kedatangan tamu dari Surakarta tersebut. Ia menjelaskan bahwa ini merupakan kesempatan yang berharga setelah pandemi dapat bertemu dan berbincang serta bertukar pengalaman dengan sesama pegiat pendidikan Islam.
Kunjungan tersebut yang utama juga disambut oleh Ustadz Dr. Adian Husaini, pendiri Pesantren at-Taqwa Depok. Dalam perbincangannya, Ustadz Adian Husaini menegaskan kembali persoalan niat dalam Pendidikan Islam.
"Aspek niat ini sangat penting. Saat ini cara pandang kita terhadap ilmu sangat materialistik. Ini adalah tantangan keilmuan kita," tegasnya.
Ustadz Adian juga menyinggung soal perubahan besar yang berdampak pada pendidikan Islam. Menurutnya:
"Hari ini kita telah menghadapi era disrupsi. Pendidikan kita sudah berubah. Bukan lagi konvensional. Banyak hal yang perlu menyesuaikan. Tapi tidak dengan pendidikan adab, yang tak bisa diganti. Konsep adab bukan hanya pada sopan santun. Mulai dari niat, itu sudah adab. Mulai dari kurikulum, bagaimana meletakkan ilmu fardu 'ain dan fardu kifayah, itu sudah adab."
Disebabkan adanya kegiatan lain yang juga tengah dikerjakan bersamaan, Ustadz Adian undur diri dan pamit kepada tamu kunjungan. Namun sebelum itu, ia sempat menyimpulkan, bahwa ada lima hal yang dapat dicapai dalam kesuskesan pendidikan.
"Kesimpulan saya, ada lima hal penting dalam sukses pendidikan. Pertama, niat, ikhlas cari ilmu karena Allah. Kedua, worldview, pendidikan aqidah, tapi menyeluruh, cara pandang terjadap realitas, termasuk gurunya yang mengajar. Adab itu recognition. Ketiga, konsep ilmu. Mencari ilmu itu wajib. Saat ini (seperti yang telah disinggung) kita menghadapi problem ilmu. Kajian tentang ilmu harus kuat. Keempat, Sejarah. Sejarah, mengajarnya harus 'habis-habisan'. Belajar Wali Songo, KH Hasyim Asy'ari, M. Natsir, itu masing-masing (harus) satu semester. Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia satu semester. Kelima, menulis. Pak Taufik Ismail itu resah betul, pelajaran menulis dihilangkan di sekolah. Yang penting itu menulis. Dengan menulis, anak dilatih untuk merangkai ide dan memecahkan masalah."
Ustadz Ardiansyah juga memperkenalkan Pesantren at-Taqwa Depok kepada para tamu dengan menarik. Menurut Ustadz Ardiansyah, Pesantren at-Taqwa dikenal dengan berbagai predikat.
"... seperti Pesantren adab, Pesantren ibadah, Pesantren pemikiran. Salah satunya juga adalah pesantren menulis. Kalau santrinya pengen bisa nulis, ya gurunya nulis. Guru-guru di sini Alhamdulillah banyak yang menyukai (dunia) tulis-menulis. Santri-santri telah dilatih dan dibimbing menulis dan pemikiran Islam. Santri-santri ini harus diperlakukan sebagai orang dewasa. Mereka sudah baligh dan bukan sekedar dapat diajak berfikir masalah kecil. Prof. Wan berpesan, santri harus diperkenalkan dengan ide dan tokoh besar."
Kunjungan dan bincang-bincang yang seru pada siang itu tak terasa berlangsung hingga dua jam. Guru-guru SMP Nur Hidayah pun pamit undur diri. Bagi Ustadz Zuhdi Yusroni, kunjungan ini mengungkapkan banyak kesan.
"Saya awalnya memang terkesan dengan pemikrian Ustadz Adian dan Ustadz Ardiansyah. Karena, mereka memberikan arah juga pada pendidikan Islam yang kita bangun. Kita ingin belajar lebih jauh. Sedikit banyak dapat mengambil spiritnya. Sehingga dapat membangun generasi gemilang. Pesantren ini sederhana. Tapi ada visi besar. Jarang saya jumpai ada lembaga pendidikan yang memampang perkataan tokoh-tokoh yang sangat inspiratif seperti di at-Taqwa. Terkait dengan masalah penulisan dan pemikiran, ini juga cukup membuat kami terkesan. Mudah-mudahan kita dapat mengirim kader untuk belajar di at-Taqwa," ungkapnya.
Semoga silaturrahim antar lembaga pendidikan Islam ini terus berlanjut untuk mewujudkan generasi unggul di Indonesia. (Ahd.)