Santri At-Taqwa Paparkan Makalah Di Hadapan 400 Santri Dan Mahasiswa

Selasa, (14/5/2024), beberapa santri PRISTAC Pesantren At-Taqwa Depok – setingkat SMA -- mempresentasikan makalah mereka di Pesantren Maghfirah Bogor. Acara kali ini sangat istimewa. Di hadapan 400 santri dan mahasiswa, tiga santri At-Taqwa bisa dikatakan sukses bentangkan penelitiannya.
Dalam sambutannya, guru pesantren At-Taqwa Ustadz Bana Fatahillah Lc, mengingatkan pentingnya ilmu fardhu ain di era ini. Di antaranya adalah tantangan pemikiran kontemporer juga kajian sejarah yang komperhensif. “Inilah mengapa mapel Islamic worldview dan sejarah menjadi pelajaran wajib di Pesantren At-Taqwa. Makalah kali ini pun akan membahasnya,” ujar Ustadz Bana.
Andi Muflih (15 tahun), presenter pertama asal Makassar mendiskusikan serangan orientalis terhadap al-Qur’an. Ia menulis makalah berjudul: “Konsep Wahyu Islam dalam Pandangan Orientalis: Studi Kritik dan Analitik”. Ia mengingatkan bahwa al-Quran bukan hanya dihafal secara lisan, namun dijaga sejak dalam fikiran; bukan hanya menjadi hafizul Qur’an tapi juga hafizul Islam.
Masuk ke tema sejarah, Ibnu Afkar assiddiqie(19 tahun) mengingatkan pentingnya peran dai pejuang. Ia menulis makalah dengan judul: “Konsep Pendidikan Dai Pejuang Menurut KH Abdul Wahid Hasyim.”
Lewat tokoh K.H Wahid Hasyim, Afkar jabarkan satu persatu konsep mencetak dai pejuang. “Kita adalah umat terbaik selama kita melakukan proses dakwah. Visi seorang pelajar adalah mendakwahkan ilmunya, bukan terjerat jebakan duniawi”, ungkap santri asal Bogor tersebut.
Save the best for last. Begitu ungkapan bahasa Inggris terkenal. Dan benar saja, Cut Asiyah Kinanti (15 tahun) berhasil membuat hadirin geleng-geleng kepala. Layaknya seorang dosen, Cut Asiyah memaparkan makalahnya dengan lancar, mengalir tanpa hambatan.
Ia menulis makalah berjudul: “Pandangan Islam terhadap Miskonsepsi Inner Child.” Santriwati asal bekasi ini menyinggung kasus inner child dalam pandangan Islam. Ia pun sampai pada kesimpulan, bahwa luka lama bekas pengasuhan tidak bisa memvalidasi perbuatan buruknya di masa depan.
Forum diakhiri dengan sesi tanya jawab. Santri hingga dewan guru melontarkan sejumlah pertanyaan, baik terkait materinya atau seputar penulisan makalah. Presenter dan pembimbing memberikan jawabannya.
Isymal, salah seorang guru mempertanyakan tips membaca dan menulis yang baik. Cut Asiyah menanggapi, itu semua hadir dari keteladanan. “Para guru bahkan kakak kelas kami di asrama membaca buku dan menulis. Itu yang membuat kami terinspirasi untuk mencontohnya,” ujar Cut.
Para santri PRISTAC adalah santri-santri tingkat SMA di Pesantren At-Taqwa Depok bernama PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization/Pesantren Pemikiran dan Peradaban Islam). Di usia belasan tahun, mereka harus menulis dan mempresentasikan makalah di hadapan pembimbing, guru, lembaga pendidikan di luar Pesanren At-Taqwa dan wali santri.
Tahun 2024 ini adalah angkatan PRISTAC keenam. Tahun ini ada 40 makalah yang ditulis oleh para santri tingkat SMA ini. Sejak tahun 2018, sudah lebih dari 100 makalah yang terhimpun dan ditulis oleh para santri. Inilah salah satu cara Pesantren At-Taqwa Depok dalam menanamkan adab terhadap ilmu dan budaya literasi di kalangan santri. (*, Humas PP At-Taqwa).