Peringatan Malam Nuzulul Qur'an 1444 H: Mengingat Kembali Tujuh Kewajiban pada al-Qur'an

Oleh: Alfidhiya Zitazkiya Fika dan Hilal Azka Fadhillah (Santriwati dan Santriwan PRISTAC (Setingkat SMA) – Pesantren at-Taqwa Depok, 16 tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Pada malam 17 Ramadhan dan malam-malam sekitarnya ini seluruh umat Islam sedunia tengah memperingati peristiwa Nuzulul Qur’an. Dalam berislam kita semua tidak akan bisa melepaskan diri dari al-Qur’an. Agama Islam ini hadir di awali dengan al-Qur’an. Maka dari itu, tidak beradablah apabila kita sebagai umat Islam melupakan al-Qur’an dan peringatan atas turunnya. Al-Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam. Al-Qur’an lah yang dapat merubah suatu peradaban.

Dalam acara ini Pesantren at-Taqwa mengundang satu tokoh besar. Sosok tersebut ialah Assoc. Prof. Dr. Syamsuddin Arif. M.A. atau biasa dikenal dengan sebutan Ustadz Syam. Alhamdulillah, Di tengah kesibukkannya Ustadz Syam bisa menyempatkan waktunya untuk hadir dalam acara ini. Selain itu, Pesantren at-Taqwa juga mengundang beberapa tokoh masyarakat sekitar. Acara tersebut berlangsung kurang lebih satu jam. Mulai dari jam setengah lima sampai dengan menjelang berbuka.

Sore ini, di bawah langit senja yang sejuk dipandang, di antara alunan shalawat yang berdendang, bersama-sama kami menyambut riang guru tercinta, Ustadz Dr. Syamsudin Arif M.A. untuk bersama-sama memperingati malam yang dimuliakan, yakni malam diturunkannya al-Qur’an. Kalam suci dari al-Qur’an dibacakan dengan sakral di awal pembukaan sebagai penyejuk hati. Tidak lupa sambutan singkat dari Ustadz Ardiansyah dan Ustadz Bana Fatahllah sebagai gerbang memasuki acara dari tema kali ini. Mereka juga memperkenalkan kembali Ustadz Syamsudin sebagai pemateri sore ini. Tema utama yang di bawakan pada para santri kali ini tidak lain ialah mengenai 7 kewajiban kita terhadap al-Qur’an.

Ustadz Syam memulai pemaparannya dengan sambutan kecil dan mampu membangkitkan adrenalin kami yang tengah lelah dengan kondisi puasa menjelang buka. Ustadz Syam menggaungkan kembali al-Qur’an yang telah dan tengah mengubah dunia sejak pertama kali diturunkan hingga saat ini. Peta dunia, kultur masyarakat, tatanan politik, konstitusi negara serta dunia perniagaan telah berubah sangat drastis sebab pengaruh dari turunnya al-Qur’an. Kita perlu mengingat kembali dasar ajaran Islam yang sangat sangat mendasar namun benar-benar memiliki dampak besar. Sebab di sanalah segala tujuan dan orientasi dari kehidupan terletak. Allah satu-satunya tuhan kita, al-Qur’an pedoman hidup, Nabi Muhammad teladan kita dan lain sebagainya.

Hal yang pertama kali di sampaikan oleh Ustadz Syam ialah mengapa kita penting memperingati peristiwa Nuzulul Qur’an. Peristiwa Nuzulul Qur’an merupakan suatu hal yang penting untuk kita ingat. Bagaimana proses hadirnya Al-Qur’an ke muka bumi? Karena sudah banyak orang keliru dengan peristiwa besar ini. Perlu kita ingat kembali, bahwa al-Qur’an merupakan satu mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an-lah yang dapat merubah peta dunia. Adanya al-Qur’an bukan hal yang main-main atau sembarangan.

Para ulama terdahulu sudah melewati fase meneliti, membaca, merenung, meriset, mendiskusikan serta menyimpulkan, bahwa ada Tujuh Kewajiban yang perlu kita penuhi sebagai seorang muslim. Singkat namun padat, Ustadz Syam memaparkan Tujuh Kewajiban tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami.

Pertama, beriman dan mempercayai al-Qur’an. Sebab aneh jika seorang muslim meragukan al-Qur’an yang sudah jelas ada dalam Rukun Iman. Kita mesti mempercayai bahwa al-Qur’an bukanlah karangan Nabi Muhmmad, melainkan diturunkan dari Allah dengan perantara Malaikat Jibril. Bilamana ada yang mengatakan bahwa Qur’an adalah karangan Nabi Muahammad, maka balikkan saja, ”mampu apa tidak Anda membuktikan dengan jelas bagaimana Qur’an menjadi karangan Muhammad dan cara mengarangnya,  sedangkan kala itu Nabi Muhammad tidak bisa menulis dan membaca,” tegas Ustadz Syam. Kita juga wajib percaya bahwa Qur’an merupakan satu mukjizat linguistik yang tidak ada satu pun makhluk yang dapat menandinginya. Kita percaya bahwa kemurnian dan keotentikan al-Qur’an sejak awal diturunkannya hingga saat ini telah, masih, serta akan terus terjaga.

Kedua, membaca al-Qur’an. Banyak dari ayat Qur’an yang tengah memerintahkan umatnya untuk senantiasa membaca Qur’an. Nabi sebagai manusia sempurna saja diperintahkan untuk membaca al-Qur’an, lebih lagi kita yang jauh dari kata sempurna. Allah sudah menjanjikan pahala bagi hambanya yang membaca Qur’an sebagai penolong dan penggenapan amal ibadah menjadi lebih banyak dan menguntungkan. Bahkan, membaca Qur’an terbukti jelas ”mampu membangun pagar atau tirai besar nan kuat untuk melindungi dari orang-orang yang tidak beriman,” lanjut ustadz Syam.

Ketiga, mentadabburi al-Qur’an. Tadabbur Secara bahasa diambil dari kata dubur yang berarti belakang. Ketika kita membaca al-Qur’an, maka sepatutnya pula kita menengok kembali pada bacaan kita sebelumnya untuk mentadabburi dan merenungkan makna yang terkadung di dalamnya. Jika seorang berjalan dan menemukan sesuatu yang menyuntuh hatinya, mestilah ia akan mundur kembali dan menyaksikan dengan saksama hal tersebut. Jangan kita menjadi pembaca Qur’an yang hatinya tertutup hingga tidak mengerti apa yang telah kita baca. Tadabbur itu memperhatikan. ”Membaca al-Qur’an sambil memikirkan sambil menerungkan, mocho Qur’an lang maknane, awas mata awas hati dalam membaca al-Qur’an,” tambahnya.

Keempat, menghafal al-Qur’an. Allah telah memberikan kapasitas akal dan memori yang cukup untuk menghafal ayat-ayat Qur’an. Ada yang mampu seluruhnya, sebgaian, atau sedikit dari Qur’an. Meski begitu, tetap kita harus menghafalkannya. Filosofi singkatnya, ”Jadikan Qur’an sebagaimana jalan pulang. Bagaimana kita dapat pulang jika alamat jalannya saja tidak tahu? Menghafal itu penting, terutama apa-apa yang berkaitan dengan diri kita. Tidak semua ada dalam di luar kepala. Seringkali perkara tersebut mesti kita hafal dan masukkan dalam kepada. Lagi pula orang yang memang sudah cinta akan al-Qur’an, maka akan dengan sendiri menghafal dan mengingatnya, sebagaimana halnya seseorang yang sudah cinta akna sesuatu,” papar Ustadz Syam.

Kelima, memuliakan dan menghormati al-Qur’an. Ini jelas. Sebab, al-Qur’an diturunkan oleh Allah yang maha mulia, melalui malaikat paling mulia, kepada makhluk paling sempurna, dan dijadikan pedoman oleh umat terbaik sedunia. Kita mesti memuliakan dan menghormati kedudukannya yang tinggi dan mulia.

Keenam, mempelajarai dan mengajrakan Qur’an. Mempelajari dan mengajarkan cara bacanya, artinya, bahasanya, tajwidnya, hingga maknanya adalah kewajiban yang perlu kita penuhi pada al-Qur’an. Tidak sedikit masyarakat Muslim yang beranggapan mengajar ngaji merupakan satu perkara remeh. Padahal, Nabi Muhamad sendiri yang mengatakan bahwa sebaik-baik manusia ialah yang mempelajari Qur’an dan mengajarkannya. Selain itu, yang lebih penting ialah ”berkah yang snagat melimpah dari Allah SWT, serta pahala jariiyyah yang tiada tara jika diteruskan ilmunya” tambah Ustadz Syam setelah menceritakan kisah seorang pengajar ngaji yang snagat diberkahi hidupnya.

Ketujuh, mengamalkan dan menegakkan al-Qur’an. Tidak ada bukti, tidak ada hati. Semua mesti dibuktikan dalam bentuk pengamalan yang nyata di kehidupan sehari-hari. Bagaimana seorang muslim bersikap dan menjalani hidupnya, apakah sesuai dengan akhlaq yang ada dalam Qur’an atau malah sebaliknya? Selain itu, kita juga mesti ”menegakkan al-Qur’an dan syari’atnya di muka bumi agar al-Quran tidak dan tidak akan pernah mati sampai akhir,” tambah Ustadz Syam di akhir kalimat.

Jelang berbuka, tepat sebelum adzan maghrib berkumandang, acara resmi ditutup oleh pembawa acara dan seluruh hadirin bersiap untuk berbuka puasa di tempatnya masing masing. Dari cara pemaparannya, jelas terlihat Ustadz Syam memahami betul siapa lawan bicara dan yang siapa yang sedang mendengarkannya. Ia tidak menggunakan bahasa yang rumit, meliankan bahasa yang mudah dipahami oleh hadirin baik yang muda atau tua. Selain itu, contoh yang sangat relate dengan keadaan saat ini tidak lupa dimasukkan dalam beberapa penjelasan beliau mengenai kewajiban kita sebagai seorang muslim terhadap al-Qur’an. Semoga dengan pemaparannya, kita dapat memenuhi hak Qur’an sebagaimana adanya, Amiin.

Oleh karena itu, inilah nasihat dari Ustadz Syam, bukan hanya untuk santri dan para hadirin sore itu, tapi juga untuk para umat Islam sedunia. Agar lebih banyak lagi kita berinteraksi dengan al-Qur’an, jangan ada satu hari pun kita lewati tanpa membaca al-Qur’an serta mentadabburi hingga mengamalkan dan menegakkan ajarannya. (Ahd.)

AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086