Menyambut Bulan Kelahiran Nabi: Mempelajari Hikmah Kerasulan dan Keutamaannya
Oleh: Aysel Ghazwan al-Jauzi (Santri PRISTAC 1B – Pesantren at-Taqwa Depok, 14 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

Aqidah merupakan pelajaran yang wajib dipelajari oleh kaum muslimin yang sudah Mukallaf (orang yang a’qil dan baligh). Sehingga kita wajib untuk mencari ilmunya. Seperti yang tengah dilakukan santri Pesantren at-Taqwa Depok khususnya santri PRISTAC 1 (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization) yang sedang menuntut ilmu di Pandaan.
Pada tanggal 7 Oktober 2022 para santri mempelajari kitab Aqidatul-Awwam yang berisi mengenai ilmu aqidah tingkat dasar, bersama Ustadz Baihaqi S.Ag.. Pada pertemuan tersebut, Ustadz Baihaqi membahas bab yang ketujuh tentang Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad ï·º, mengenai pengutusannya dan keutamaannya.
Sang Mushonnif (penulis) kitab tersebut, yaitu Sayyid Ahmad Marzuki al-Maliki berkata dalam kitabnya, yang artinya:
Penutup dengan menyebutkan sisa-sisa yang wajib,
dari apa-apa yang wajib atas setiap Mukallaf.
Nabi kita, Nabi Muhammad yang telah diutus,
sebagai rahmat dan keutamaan atas seluruh alam.
Pada nadzom di atas kita harus menyakini bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah penutup dari para Nabi. Serta sebagai rahmat untuk seluruh alam dan hadiah bagi setiap orang yang beriman, juga panglima terhadap seluruh Rasul. Seperti firman Allah, yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi sekalian alam (al-Anbiya’, 107) dan sabda Nabi ﷺ sendiri, yang artinya: “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.†(Riwayat Ibnu Sa’id dari Abu Hurairah).
Nabi Muhammad dikhusukan oleh Allah sebagai hadiah untuk orang yang beriman, karena mereka adalah orang-orang yang mengetahui hakikat dari kenikmatan nubuwwah (kenabian) Nabi Muhammad ï·º.
Sesungguhnya Nabi Muhammad ﷺ diutus untuk seluruh manusia, yang Muslim maupun yang non-Muslim. Berbeda dengan Nabi dan Rasul yang lainnya yang hanya diutus untuk suatu wilayah atau kaum. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwasanya Nabi Muhammad adalah seutama-utamanya makhluk secara mutlaq di antara seluruh ciptaan Allah yang ada di seluruh alam ini. Hal ini juga terjadi, karena beliau adalah pemberi dan penerima syafa’at yang pertama kalinya.
Walaupun beliau adalah yang terakhir kali diutus sebagai Nabi, namun cahaya beliaulah yang pertama kali diciptakan sebelum segala sesuatu. Nabi Adam memang adalah bapak dari seluruh manusia, manusia yang pertama kalinya. Akan tetapi, Nabi Muhammad ï·º tetap menjadi yang pertama dalam penciptaannya. Yaitu, berupa cahaya.
Hal inilah yang membuat Nabi Adam dapat bermunajat kepada Allah dengan nama Nabi Muhammad. Karena, Nabi Adam pernah melihat suatu tulisan di bawah Arsy-Nya yang menuliskan nama Nabi Muhammad yang bersanding dengan nama-Nya. Ia berpikir bahwasanya, tidak mungkin sesuatu itu disandarkan dengan lafadz jalalah (Allah) kecuali makhluk tersebut adalah sesuatu yang paling dicintai oleh-Nya.
Nabi Muhammad juga dimuliakan dengan adanya nama beliau di kalimat syahadat, adzan, dan lain-lainnya yang bersanding dengan nama Tuhan seluruh alam, Allah ï·». Ketika kita beriman kepada Nabi Muhammad ï·º, maka otomatis kita juga pasti beriman kepada-Nya. Begitu juga sebaliknya, ketika kita ridho dan cinta kepada Allah, maka secara tidak langsung kita juga pasti akan ridho dan cinta kepada Rasul-Nya.
Selain itu, agama yang dibawanya dan umatnya juga menjadi sebaik-sebaiknya sesuatu. Hal ini membuat Nabi Musa pernah ingin menjadi umat Nabi Muhammad ï·º. Namun, Allah menyatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi (mustahil).
Kesimpulannya, Setiap sesuatu yang pernah atau telah disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ pasti menjadi sesuatu yang paling baik bahkan sempurna daripada yang lainnya. Seperti al-Qur’an yang dapat menjadi mukjizat teragung, karena diturunkan untuk Nabi Muhammad Shallallahu’alayhiwassalam. (Ahd.)