Mencintai Rasulullah dengan Berdakwah

Oleh: Arkan Fathin Jirnadhara & Abdullah Ibrahim Azam (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 14 Tahun)
Artikel Ilmiah Liputan Kegiatan
gambar_artikel

Di mata dai besar KH. M. Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan, dakwah termasuk salah satu bukti utama cinta kepada Nabi Muhammad. Dengan gaya tutur yang santai, humoris, sekaligus tegas, ia sampaikan hal itu dalam acara Maulid Nabi Muhammad di Pesantren At-Taqwa (5/9/25).

“Sebagai umat Nabi Muhammad, sudah semestinya kita fokus pada bagaimana cara membuat Rasulullah tersenyum, bahagia, dan ridha. Salah satu caranya, adalah dengan menjadikan dakwah sebagai pekerjaan kita,” ungkap Ustadz Fadhlan.

Berdakwah, kata Ustadz Fadhlan, merupakan aktivitas amat mulia dalam Islam. Sebab ia merupakan tujuan Nabi diutus di tengah umat. Amat besar keinginan Nabi Muhammad SAW untuk mengajak seluruh umat ke surga. 

“Maka melanjutkan Risalah Dakwah Rasulullah SAW pun tentu menjadikan Nabi Muhammad SAW bahagia,” tuturnya. 

Ustadz Fadhlan kemudian banyak menjelaskan soal keteladanan dan konsistensi Rasulullah dalam berdakwah. Ia juga menceritakan pengalaman yang menyentuh hati saat dirinya berdakwah, mulai dari daerah Papua sampai Somalia. 

Ustadz Fadhlan adalah dai asal Papua yang dikenal dengan dakwahnya hingga ke pelosok. Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN). Melalui pengalaman dakwahnya, ia mengatakan bahwa dakwah bukanlah pekerjaan yang ringan.

Sosoknya dikenal karena telah mengislamkan sekitar 3712 orang Papua dari 220 suku di sana. Metode dakwahnya cukup unik, yakni dengan mengenalkan sabun kepada mereka, menjelaskan betapa penting dan nyamannya kebersihan.

Saat berdakwah di negeri Somalia, Ustadz Fadhlan harus menghadapi situasi berupa air bersih yang sulit ditemukan. Namun, dakwah tetaplah mesti dilaksanakan. Sehingga dengan sentuhan dakwah itulah, semangat anak-anak di sana untuk belajar Al-Quran menjadi begitu tinggi.

“Anak-anak Somalia, meski kekurangan air dan hidup serba terbatas, tetap bersemangat menghafal Al-Quran. Bahkan, ada anak berusia tujuh tahun yang sudah hafal Juz 30 dengan lancar. Mereka menjadikan Al-Quran sebagai harta berharga yang dijaga di dalam hati,” tutur Ustadz Fadhlan dengan nada haru.

Pesan ini menjadi cambuk motivasi bagi hadirin, terutama para santri. Ustadz Fadhlan menegaskan, jangan sampai kemudahan fasilitas hidup di Indonesia justru membuat kita malas beribadah dan berdakwah.

Kehadiran Ustadz Fadhlan dengan kisah-kisah perjuangan dakwahnya di pedalaman menjadi pengingat berharga: semangat anak-anak kecil yang hidup dalam keterbatasan bisa menjadi teladan bagi kita semua yang hidup dalam kelapangan.


AT-TAQWA DEPOK
Jl. Usman Hasbi, RT.04 RW 04 Jatimulya, Cilodong - Depok
info@attaqwa.id
(+62)856 0980 9086