Dari Tulisan Tersebar Kebaikan (Liputan Kunjungan Ke Kelompok Penerbit Agromedia. Kamis, 08 Desember 2022)
Oleh: Muthiah Hanif A (Santriwati PRISTAC—Pesantren at-Taqwa Depok, 14 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan

AgroMedia adalah kelompok penerbitan yang telah berdiri sejak tahun 2001. Di Agromedia terdapat perkumpulan jasa penerbit lainnya. Ada juga penerbit-penerbit lainnya seperti TransMedia, Cikal Aksara, MediaKita, dan lain-lain. Agromedia Sering mengadakan silahturrahim, baik dengan mendatangi sekolah ataupun sebaliknya. Sebab, pada dasarnya basis usaha penerbitan buku adalah silaturahmi karena didorong dengan adanya penulis dan pembaca.
“Banyak penulis dari pesantren yang menulis banyak buku tentang agama. Bahkan ada juga yang menulis buku fiksi. Dalam desain dan pemasaran buku pun, kalangan pesantren juga pernah terlibat. Jadi konstribusi pesantren sangat besar dalam bisnis atau usaha perbukuan sehingga seringkali sangat membantu.†Begitu yang disampaikan Pak Tanudi, Direktur VisiMedia dan HRD Ketika menyambut santri Pesantren at-Taqwa Depok.
Pesantren at-Taqwa Depok, khususnya PRISTAC dan At-Taqwa College berkesempatan mengunjungi kelompok penerbitan besar ini pada Kamis, 8 Desember 2022. Menurut Pak Tanudi, kunjungan Pesantren at-Taqwa yang membawa 88 santri ini telah memecahkan rekor jumlah pengunjung terbanyak. Sebelumnya berkisar sampai 50-an saja.
“Menulis buku berarti kita telah mempraktekkan perintah yang ada dalam surat Al-Alaq 1-5, karena dengan menulis buku kita bisa menyebarkan ilmu yang kita punya lewat tulisan ke banyak orang. Walaupun di zaman sekarang, orang mungkin lebih banyak menggunakan teknologi handphone untuk membaca buku, tapi layar kaca tidak bisa mengalahkan indahnya buku karena ada sesuatu yang buku punya yang tidak ada di layar kaca. buku bisa mengubah manusia dari buruk ke baik. Tentunya buku yang baik akan melahirkan orang yang baik, begitupun sebaliknya. Maka dari itu tulislah buku yang bermanfaat karena sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat.†Begitulah sepatah ungkapan dari Ustadz Nuim Hidayat kepada tuan rumah setelah menyambut kami—santri dan guru PRISTAC & ATCO—di kantor penerbitan yang berlokasi di Jl. H. Montong, Jagakarsa, Ciganjur tersebut.
Di AgroMedia kami diberi beberapa materi, salah satunya materi dari kak Rani (Rani Andriani Koswara) tentang bagaimana proses kreatif dari naskah menjadi buku. Kak Rani adalah editor senior dari TransMedia yang telah berkiprah di AgroMedia selama 17 tahun. “Menulis itu berawal dari sebuah ide, yang bisa dicari dari lingkungan sekitar kemudian didiskusikan. Mungkin banyak dari kita yang bilang kalo mencari ide itu susah, nih kak Rani kasih caranya. Pertama, Strategi 3 kata. Pilih satu kata sifat, kata kerja dan kata benda lalu bisa kita jadikan satu kalimat yang nantinya secara otomatis akan berkembang menjadi satu paragraf dan seterusnya. Kedua, Ngawur atau asal-asalan. Tulis tanpa mikirin logis enggaknya ibaratkan seperti berbicara, mengalir aja. Kalo udah baru nanti di revisi.â€
Selain itu, ia meneruskan empat “tips†lainnya dalam mencari dan mengembangkan ide. Yakni dengan strategi “Mind map. Simpan satu kata lalu bikin apa yang ada kaitannya dengan satu kata itu, kemudian rangkai menjadi paragraf. Di sini kuncinya adalah mikirin kata bukan kalimat. Keempat. Menulis dengan mengkhayal. Lebih mudah karena bisa membuat kita jadi makin kreatif. Kelima, Menulis cepat dan edit. Dengan menargetkan waktu yang logis misalnya tiga bulan, karena otak kita semakin di-push semakin keluar idenya. Keenam, Outline. Seperti membuat bab, tulis 3-4 bab dan bisa mulai nulis dari bab mana aja, kalau kak Rani selalu nulis dari endingnya atau bab akhirnya dulu, karena lebih mudah. Kalau udah nanti tinggal disusun.â€
“Tidak hanya tentang menulis apa yang kita inginkan. Kita juga pasti ingin tulisan kita dibaca banyak orang, jadi kita harus bisa menentukan target pembaca. Misalnya jika menulis untuk yang pembacanya anak-anak maka isi tulisan kita harus disesuaikan dengan bacaan anak-anak. Paling mudah kita menargetkan pembaca berdasarkan usia kita karena udah ada gambaran atau pengalaman.â€
Penting juga bagi penulis untuk menggali informasi karena menulis yang baik itu yang banyak membaca dan jika kita ingin mengambil info dari suatu buku atau yang lainnya, jangan tulis apa adanya untuk menghindari adanya plagiat, tulis lah berdasarkan apa yang kita pahami.
Untuk penulis awal adalah hal biasa melakukan ATM alias amati-tiru-modifikasi. Ambil inti sarinya aja lalu modifikasikan dengan kreatif tanpa harus menjiplak. Kalo sudah selesai menulis, penulis juga harus disiplin dengan memberikan tenggat waktu atau deadline agar cepat selesai. Koreksikan tulisan kita ke teman yang tidak terlalu akrab sehingga jika mendapat kritikan kita tidak bawa perasaan dan tetap percaya diri. Kemudian publikasikan tulisan itu melalui penerbit.
Sampai pada tahap penerbit, kami pun diberikan tips dan kunci agar tulisan kita dapat diterima. Kak Rani menjelaskan bahwa kita harus pilih penerbit yang sesuai dengan naskah tulisan kita karena kemungkinan ditolak oleh penerbit semakin besar jika kita salah memilih penerbit. Misalnya kita menulis buku fiksi tapi kita malah mengirimkan naskah kita ke penerbit yang hanya menerima naskah non-fiksi atau tentang agama. “Pantas saja kalau naskah kita ditolak. Kita bisa pilih penerbit dengan telusuri atau kepoin sosial medianya.†Begitu jelas Kak Rani.
Yang paling penting adalah baca dengan teliti aturan dari penerbit. Ketika menyerahkan naskah perlu kesopanan dan kesantunan tersendiri. Penulis perlu mengenalkan diri, mengenalkan naskah apa yang kita tulis, dll. Berdasarkan pengalaman kak Rani yang menerima naskah-naskah dari penulis, pernah ada yang hanya memberikan naskahnya tanpa mengucapkan salam itu langsung tertolak. Ibaratnya seperti masuk rumah orang tanpa izin. Yang terpenting adalah juga nilai jual naskah. Semua penerbit pasti ingin penulis yang bisa menulis. Jika kita ingin diperhatikan oleh penerbit, buatlah lima halaman pertama kita menarik. Sebab biasanya kalo lima halaman pertamanya menarik maka naskah keseluruhan kita menarik.
Tak kalah penting dari penulis adalah imej diri (self image). “Penerbit biasanya melihat sosmed si penulis, jadi buat postingan kita bermanfaat dan konsisten bukan narsis ga jelas dan usahain jangan diprivat. Gimana mau jadi penulis kalo ga publikasi? Pembaca juga pasti mengikuti penulis yang disukainya.â€
Terakhir pesan dari kak Rani, “Ditolak oleh banyak penerbit itu biasa. Bisa terjadi karena banyak alasan entah tidak cocok atau memang penerbitnya sedang mencari hal lain yang tidak ada dalam naskah kita. Jadi jangan menyerah. Jangan pernah takut dan tidak usah malu dengan apa yang kita tulis karena jadi penulis itu harus berani dan bisa mempertanggungjawabkan tulisannya. Kalau dikritik jangan putus asa. Penulis harus bisa mengambil kritik yang bisa dijadikan revisi. Kalau kita hanya ingin semua orang suka dengan tulisan kita dan ingin mendapatkan pujian, kita gak akan bisa berkembang. Maka dari kritik itu lah kita mengambil pelajaran.†(Ahd.)