Bukan Sekadar Jalan-Jalan, Tapi Upaya Mendirikan Tiang-Tiang Peradaban
Oleh: Fatimah Fauziah Azzahra (Santri SMA At-Taqwa Depok, 17 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Sebuah perjalanan tidak melulu soal rekreasi, namun juga edukasi. Inilah yang dirasakan oleh santri At-Taqwa College 2 (Setingkat 3 SMA). Senin 10 November kemarin mereka berangkat dari Depok menuju Malaysia untuk melaksanakan Rihlah Ilmiah, program tahunan santri akhir Pesantren At-Taqwa Depok.
Rihlah ilmiah, kata ustadz Bana, bukan hanya soal perjalanan akademik. Melainkan warisan tradisi keilmuan para ulama kita dulu. Mengutip perkataan terkenal Imam Syafi’i bahwa “Tidak ada tempat bagi orang yang berakal dan beradab untuk beristirahat, maka tinggalkanlah tanah kelahiran dan mengasingkandirilah.”
Imam Syafi’i tentu tidak sedang bermujamalah. Sang imam merantau dari Gaza, Palestina, ke Makkah, Madinah, Iraq, Yaman hingga ke Mesir. Tentu dengan fasilitas seadanya, tidak seperti hari ini. “Bukan hanya ilmu, tapi pengalaman dan wawasan Kalian akan bertamabah dalam sebuah rihlah, maka manfaatkan dengan baik momentum ini!” tegas Direktur ATCO tersebut.
Malam harinya, Welcome Dinner menjadi pembuka rangkaian kegiatan rihlah. Hadir pula santri-santri dari SMA Islam Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjuk, sebanyak 7 dan 1 orang pembimbing, ustadz Arif Bachruddin.
Dalam tausiyahnya, Dr. Nirwan menyampaikan pentingya mewariskan nilai kepada generasi selanjutnya. Ia mengingatkan, para nabi telah memberi teladan bagaimana perjuangan, misi, dan kebaikan harus diwariskan agar dakwah terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Begitu pula para orang tua yang senantiasa berharap nilai-nilai itu hidup pada diri anak-anak mereka.
“Melihat antum ada di sini, semangat belajar, menulis makalah, presentasi, jujur saya sebagai orang tua yang punya anak, tentu sangat bangga melihat Kalian. Orang tua kalian pun tentu demikian!” tutur doktor jebolan ISTAC tersebut
Beliau juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu muda untuk hal-hal yang bermanfaat. Masa muda adalah golden age, masa keemasan ketika hafalan dan fisik masih kuat. Karena itulah al-Quran kerap menyinggung tentang pemuda seperti dalam kisah nabi Ibrahim dan ashabul kahfi. Rasulullah pun mengingatkan bahwa seseorang kelak akan ditanya tentang masa mudanya: untuk apa dihabiskan?
“Kalian ini adalah pemuda harapan orang tua, bangsa juga peradaban Islam. Ibarat sebuah istana besar, kalian ini adalah pasak-pasak yang menyanggah tegaknya sebuah peradaban. Maka jangan pernah berhenti belajar!” lanjut beliau.
Menutup tausiyah, beliau menegaskan kembali semangat rihlah ini. “Rihlah ini adalah rihlah ilmiah, bukan sekadar hiburan atau liburan. Ini tentu berbeda dari rihlah SMA pada umumnya. InsyaAllah, jiwa, pikiran, dan jasad kita semua akan mendapat nutrisi dari perjalanan kali ini.”
Catatan Rihlah Ilmiah Malaysia 2025 #1
Rihlah ilmiah, kata ustadz Bana, bukan hanya soal perjalanan akademik. Melainkan warisan tradisi keilmuan para ulama kita dulu. Mengutip perkataan terkenal Imam Syafi’i bahwa “Tidak ada tempat bagi orang yang berakal dan beradab untuk beristirahat, maka tinggalkanlah tanah kelahiran dan mengasingkandirilah.”
Imam Syafi’i tentu tidak sedang bermujamalah. Sang imam merantau dari Gaza, Palestina, ke Makkah, Madinah, Iraq, Yaman hingga ke Mesir. Tentu dengan fasilitas seadanya, tidak seperti hari ini. “Bukan hanya ilmu, tapi pengalaman dan wawasan Kalian akan bertamabah dalam sebuah rihlah, maka manfaatkan dengan baik momentum ini!” tegas Direktur ATCO tersebut.
Malam harinya, Welcome Dinner menjadi pembuka rangkaian kegiatan rihlah. Hadir pula santri-santri dari SMA Islam Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjuk, sebanyak 7 dan 1 orang pembimbing, ustadz Arif Bachruddin.
Dalam tausiyahnya, Dr. Nirwan menyampaikan pentingya mewariskan nilai kepada generasi selanjutnya. Ia mengingatkan, para nabi telah memberi teladan bagaimana perjuangan, misi, dan kebaikan harus diwariskan agar dakwah terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Begitu pula para orang tua yang senantiasa berharap nilai-nilai itu hidup pada diri anak-anak mereka.
“Melihat antum ada di sini, semangat belajar, menulis makalah, presentasi, jujur saya sebagai orang tua yang punya anak, tentu sangat bangga melihat Kalian. Orang tua kalian pun tentu demikian!” tutur doktor jebolan ISTAC tersebut
Beliau juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu muda untuk hal-hal yang bermanfaat. Masa muda adalah golden age, masa keemasan ketika hafalan dan fisik masih kuat. Karena itulah al-Quran kerap menyinggung tentang pemuda seperti dalam kisah nabi Ibrahim dan ashabul kahfi. Rasulullah pun mengingatkan bahwa seseorang kelak akan ditanya tentang masa mudanya: untuk apa dihabiskan?
“Kalian ini adalah pemuda harapan orang tua, bangsa juga peradaban Islam. Ibarat sebuah istana besar, kalian ini adalah pasak-pasak yang menyanggah tegaknya sebuah peradaban. Maka jangan pernah berhenti belajar!” lanjut beliau.
Menutup tausiyah, beliau menegaskan kembali semangat rihlah ini. “Rihlah ini adalah rihlah ilmiah, bukan sekadar hiburan atau liburan. Ini tentu berbeda dari rihlah SMA pada umumnya. InsyaAllah, jiwa, pikiran, dan jasad kita semua akan mendapat nutrisi dari perjalanan kali ini.”
Catatan Rihlah Ilmiah Malaysia 2025 #1