Ke Surakarta, Mengenal Nilai Penting Naskah-Naskah Kuno
Oleh: Ghafara Rajaswa Al-Shirazy (Santri Pesantren At-Taqwa Depok, 15 tahun)
Artikel Ilmiah
Liputan Kegiatan
Santri 3 SMP Pesantren At-Taqwa Depok, pada Senin (24/11/25), mengunjungi Museum Radya Pustaka Surakarta. Museum itu memiliki koleksi yang terdiri dari arca berbahan batu dan perunggu, keris, gamelan, serta naskah-naskah kuno.
Selain bersama guru At-Taqwa, para santri juga ditemani oleh pakar sejarah Jawa, Dr. Muhammad Isa Anshari dan Ustadz Arif Wibowo. Salah satu karya tulis Ustadz Isa adalah Dakwah & Pemikiran Wali Sanga: Kajian Naskah Kitab Bonang (2023). Ustadz Arif juga telah menulis beberapa buku, salah satunya Berebut Indonesia: Pergumulan Kultural Misi Kristen dan Dakwah Islam di Indonesia (2018).
Kunjungan ke Museum Radya Pustaka, merupakan bagian dari program Rihlah Sejarah usai menjalani pembelajaran selama satu bulan di Pandaan, Jawa Timur. Melalui kunjungan ini, para santri diharap dapat mengenal lebih jauh tentang naskah-naskah kuno sebagai sumber autentik dari sejarah Nusantara, khususnya yang berkenaan dengan Islam.
Selama di sana, para santri difokuskan kepada peninggalan naskah-naskah kuno yang terletak di ruangan khusus. Mereka dijelaskan beberapa dari naskah-naskah kuno itu oleh pihak museum. Hal ini penting menimbang besarnya manfaat yang bisa diambil dari apa yang terkandung di dalamnya.
Radya Pustaka dibangun pada tanggal 8 Oktober 1890. Ia termasuk museum tertua di Indonesia. Museum ini dipindahkan dari Dalem Kepatihan, lingkungan Keraton Surakarta, ke Loji Kadipolo di Jalan Slamet Riyadi pada tahun 1913. Sebelum dipindahkan, museum ini hanya fokus pada koleksi-koleksi naskah-naskah kuno. Setelah dipindahkan, ia menambah jenis koleksinya.
Para santri dijelaskan, biasanya untuk bisa dikatakan naskah kuno harus berumur di atas 50 tahun. Jika dibawahnya maka belum disebut naskah kuno. Banyak naskah-naskah kuno yang penting dan menarik untuk diteliti. Kata pihak museum, sudah banyak mahasiswa yang meneliti naskah-naskah tersebut.
Selain bersama guru At-Taqwa, para santri juga ditemani oleh pakar sejarah Jawa, Dr. Muhammad Isa Anshari dan Ustadz Arif Wibowo. Salah satu karya tulis Ustadz Isa adalah Dakwah & Pemikiran Wali Sanga: Kajian Naskah Kitab Bonang (2023). Ustadz Arif juga telah menulis beberapa buku, salah satunya Berebut Indonesia: Pergumulan Kultural Misi Kristen dan Dakwah Islam di Indonesia (2018).
Kunjungan ke Museum Radya Pustaka, merupakan bagian dari program Rihlah Sejarah usai menjalani pembelajaran selama satu bulan di Pandaan, Jawa Timur. Melalui kunjungan ini, para santri diharap dapat mengenal lebih jauh tentang naskah-naskah kuno sebagai sumber autentik dari sejarah Nusantara, khususnya yang berkenaan dengan Islam.
Selama di sana, para santri difokuskan kepada peninggalan naskah-naskah kuno yang terletak di ruangan khusus. Mereka dijelaskan beberapa dari naskah-naskah kuno itu oleh pihak museum. Hal ini penting menimbang besarnya manfaat yang bisa diambil dari apa yang terkandung di dalamnya.
Radya Pustaka dibangun pada tanggal 8 Oktober 1890. Ia termasuk museum tertua di Indonesia. Museum ini dipindahkan dari Dalem Kepatihan, lingkungan Keraton Surakarta, ke Loji Kadipolo di Jalan Slamet Riyadi pada tahun 1913. Sebelum dipindahkan, museum ini hanya fokus pada koleksi-koleksi naskah-naskah kuno. Setelah dipindahkan, ia menambah jenis koleksinya.
Para santri dijelaskan, biasanya untuk bisa dikatakan naskah kuno harus berumur di atas 50 tahun. Jika dibawahnya maka belum disebut naskah kuno. Banyak naskah-naskah kuno yang penting dan menarik untuk diteliti. Kata pihak museum, sudah banyak mahasiswa yang meneliti naskah-naskah tersebut.