• About Us
  • Programs
    • Shoul-Lin (Setingkat SMP)
    • PRISTAC (Setingkat SMA)
    • AT-TAQWA COLLEGE (Setingkat S1)
  • Enrollment
    • Enrollment Procedure
    • Enroll Now
  • Article
  • Gallery
    • Photos
    • Videos
  • Contact
    • Hotline
    • Leaving Request
      • Cart

        0
    Have any question?
    0813 1945 2129
    admin@attaqwa.id
    Login
    Pesantren At-Taqwa DepokPesantren At-Taqwa Depok
    • About Us
    • Programs
      • Shoul-Lin (Setingkat SMP)
      • PRISTAC (Setingkat SMA)
      • AT-TAQWA COLLEGE (Setingkat S1)
    • Enrollment
      • Enrollment Procedure
      • Enroll Now
    • Article
    • Gallery
      • Photos
      • Videos
    • Contact
      • Hotline
      • Leaving Request
        • Cart

          0

      Artikel Santri

      • Home
      • Blog
      • Artikel Santri
      • K.H. Abdul Wahab Chasbullah: The Lion from Jombang

      K.H. Abdul Wahab Chasbullah: The Lion from Jombang

      • Posted by At-Taqwa
      • Categories Artikel Santri
      • Date August 14, 2019
      • Comments 0 comment

      Pendahuluan:

      Dalam sejarah kemerdekaan negara Indonesia, terdapat banyak tokoh dari berbagai kalangan yang berjuang bersama rakyat untuk mendapatkan kemerdekaan-kemerdekaan yang telah dirampas dari bangsa kita oleh penjajah kolonialis-belanda, kemerdekaan badan, kemerdekaan berpikir, kemerdekaan berkomunikasi, kemerdekaan berusaha, semuanya dibatasi. Tokoh-tokoh dari masa indonesia masih terpecah menjadi berbagai kerajaan di berbagai daerah, hingga masa Bung Karno-Hatta. Dari golongan rakyat, ulama, pangeran, sampai para raja, semuanya ikut andil dengan caranya masing-masing untuk mendapatkan kemerdekaan bangsa indonesia.

      Salah satu golongan yang penting untuk dibahas adalah golongan ulama dan kaum pesantren. Golongan ini ikut andil memerdekakan bangsa indonesia melalui jalur pendidikan, mereka mendidik dan menjaga pikiran anak bangsa indonesia agar mereka menjadi orang yang pikirannya masih merdeka dan lurus, tidak mengikuti pikiran-pikiran kotor orang kolonialis-belanda. Mereka berjuang melalui pesantren, masjid, serta organisasi-organisasi masyarakat yang didirikan oleh para kyai sesepuh pengasuh pondok.

      Kali ini, izinkan saya untuk membawakan kisah perjalanan hidup daripada seorang kyai yang cukup terkenal di indonesia. Seorang ulama yang aktif mengajar dan berdakwah, juga seorang pejuang yang cerdas dan dinamis, ialah K.H. Abdul Wahab Chasbullah, seorang kyai asal Jombang, Jawa timur, juga seorang diantara pemimpin awal organisasi Nahdhatul Ulama (NU).

      Biografi:

      K.H. Abdul Wahab ChasbullahK.H. Abdul Wahab Chasbullah dilahirkan pada tahun 1888, di Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Nama Chasbullah dinisbahkan kepada sang ayah, yaitu K.H. Hasbullah Said, seorang ulama pengasuh pondok pesantren Tambak Beras, Jombang.

      Abdul Wahab kecil dibesarkan di lingkungan pesantren, lingkungan yang cocok untuk membentuk satu karakter dengan pemahaman yang baik terhadap agama, akhlak yang baik, giat bekerja, dan ikhlas dalam berjuang.

      Selain itu, Abdul Wahab kecil juga terkenal sebagai anak yang rajin dan tekun belajar. Pada awalnya, Abdul Wahab berguru kepada sang ayah, ia mempelajari berbagai ilmu-ilmu dasar seorang santri, seperti ilmu tauhid, fiqih, tasawuf, dan bahasa arab.

      Seiring berjalannya waktu, Abdul Wahab mulai menjadi seorang pemuda, ia pun mulai pergi meninggalkan rumahnya menuju ke daerah lain untuk berguru kepada ulama-ulama di pesantren lain, seperti Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Mojosari di Nganjuk, Pesantren Tawang di sepanjang Surabaya, dan Pesantren Tebuireng di Jombang.

      Tidak hanya sampai situ, Abdul Wahab masih melanjutkan perjalanan menuntut ilmunya menuju tempat yang lebih jauh lagi, yaitu pulau Madura. Di Madura ia berguru kepada Kyai Kholil Bangkalan, seorang ulama asal Madura yang terkenal akan keilmuannya pada masanya.

      Dari berbagai pesantren yang ia kunjungi, ia selalu mendapatkan ilmu-ilmu yang menjadi “ciri khas” daripada pesantren-pesantren itu sendiri. Misalnya, saat ia belajar kepada Kyai Kholil Bangkalan ia mempelajari bahasa arab dengan kitab Alfiyah Ibn Malik, sebuah kitab kaidah bahasa arab yang dikarang imam Ibnu Malik.

      Setamatnya ia melakukan perjalanan dari berbagai pesantren tersebut, Abdul Wahab memutuskan untuk pergi berhaji menuju Baitullah al-Haram, di Makkah. Sebagaimana biasanya, ia pergi ke Makkah sekaligus untuk berguru kepada ulama-ulama dari berbagai negara di sana, termasuk beberapa diantaranya adalah ulama-ulama indonesia.

      Di antara ulama-ulama yang telah ia datangi untuk di ambil ilmunya, antara lain: Syaikh Mahfudz at-Termasi, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Bersama Syaikhh Mahfudz at-Termasi, Abdul Wahab berhasil mengkhatamkan berbagai kitab-kitab berukuran besar, seperti kitab Fathul Wahab.

      Selain mempelajari ilmu agama, Abdul Wahab juga belajar tentang politik bersama dengan teman-temannya dari seluruh dunia mereka memperhatikan perkembangan politik yang terjadi, baik yang bersifat nasional, maupun yang bersifat internasional.

      Kemudian, pada tahun 1904 Abdul Wahab Chasbullah kembali ke Nusantara tercinta. Sekembalinya ia ke Nusantara, ia mulai ikut mengajar dan mengasuh pondok pesantren keluarganya di Tambakberas, Jombang. Tak Lupa, Abdul Wahab kembali aktif ikut andil dalam mengambil peran dalam perjuangan dan pergerakan nasional.

      Salah satu bentuk perjuangannya yang terlihat adalah ia membentuk organisasi Nahdhatul Wathan atau Kebangkitan Negara pada tahun 1916,organisasi ini berusaha membangkitkan kesadaran rakyat akan pentingnya kemerdekaan daripada pengekangan yang terjadi. Untuk menyokong pendanaannya, ia membentuk organisasi lain yang terdiri dari para pengusaha-pengusaha dan pedagang-pedagang, yang ia beri nama Nahdhatut Tujjar atau Kebangkitan Pedagang-pedagang.

      Pada tahun berikutnya, Abdul Wahab Chasbullah bersama ulama-ulama lainnya mendirikan sebuah organisasi berbentuk forum diskusi antar ulama dari berbagai golongan, organisasi ini dinamakan Tasywir al-Afkar, yang pusatnya berada di daerah Surabaya.

      Abdul Wahab Chasbullah selalu aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan organisasi, baik yang bersifat diskusi, maupun yang bersifat kegiatan sosial, ia datang dan aktif mengikuti keduanya.

      Waktu organisasi Nahdhatul Ulama sudah berdiri, Abdul Wahab termasuk orang yang aktif berada di barisan terdepan dari organisasi pergerakan tersebut, ia juga merupakan salah satu di antara beberapa orang yang mengurus organisasi ini. Di mana pun Muktamar NU diadakan, selama ia masih mampu untuk pergi ke acara tersebut, ia pasti akan berusaha untuk berangkat ke tempat Muktamar dilangsungkan.

      Selain bergerak dalam bidang perorganisasian, Abdul Wahab juga ikut andil dalam berdakwah melalui media-media massa. Abdul Wahab mendirikan berbagai media massa seperti Berita Nahdhatoel Oelama, Soeara Nahdatoel Oelama dan masih ada beberapa lagi yang lain.

      Tujuan diadakannya media massa ini agar masyarakat secara luas mendapatkan informasi yang masih baru, serta memajukan rakyat dengan pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan dalam koran yang mereka baca.

      Abdul Wahab memperhatikan bahwa media massa adalah salah satu bentuk dakwah paling efektif yang pernah ada pada masa ini, sehingga ia kerap kali ikut menggandeng beberapa tokoh agama dan para alim ulama untuk ikut menulis bergabung dengannya. Beberapa ulama yang terlibat menulis di media massa tersebut, antara lain Abdul Wahab Chasbullah, Mahfudz Shidiq, Wahid Hasyim, dan beberapa orang lagi.

      Abdul Wahab Chasbullah meninggal pada 29 Desember 1971. Ia merupakan salah satu tokoh pejuang kemerdekaan dari golongan pesantren yang cukup terkenal, atas jasanya yang cukup banyak di bidang pendidikan dan pergerakan, pada 7 November 2014 pemerintah memutuskan untuk memberi gelar K.H. Abdul Wahab Chasbullah sebagai Pahlawan Nasional.

      Penulis: Baihaqi, santri PRISTAC angkatan kedua, 2018

      ________________

      Sumber: Djaelani, M. Anwar. 2016. 50 Pendakwah Pengubah Sejarah. Jogjakarta: Pro-U Media

      Tag:pesantren, wahab hasbullah

      • Share:
      author avatar
      At-Taqwa

      Previous post

      Abbas ibn Firnas
      August 14, 2019

      Next post

      Singa Cilik dari Mataram: Masa Kecil Pangeran Diponegoro
      August 14, 2019

      You may also like

      wahid hasyim
      KH. Abdul Wahid Hasyim: Dari Tebuireng Untuk Indonesia
      14 August, 2019
      pangeran diponegoro
      Singa Cilik dari Mataram: Masa Kecil Pangeran Diponegoro
      14 August, 2019
      pesawat terbang-min
      Abbas ibn Firnas
      14 August, 2019

      Leave A Reply Cancel reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *

      Search

      Categories

      • Artikel Santri
      • Blog
      • News

      logo-eduma-the-best-lms-wordpress-theme

      Jl. Usman Hasbi, Kel. Jatimulya, Kec. Cilodong

      Depok, Jawa Barat, 16413

      0813 1945 2129

      admin@attaqwa.id

      Pesantren At-Taqwa Depok, 2019

      Login with your site account

      Lost your password?